Ketika Idealisme dan Realisme ada di Persimpangan

Sudahkah hidupku ideal? Realistiskah aku menjalani hidup ini?
Hidup ini untuk apa? Apa yang hendak ku lakukan dalam mengarungi hari demi hari yang aku masih belum tahu ujungnya akan mengarah kemana?

Apa itu ideal? Apa itu idealisme? Apa itu realis? Realistis itu harus gimana?
Tahun demi tahun, umur kita bertambah, lalu bagaimana aku, kamu, kita memaknai hidup ini?

Dalam pikiran dan perasaanku, hidup itu menjadi ideal ketika kita menjadi orang baik, memiliki banyak kawan, tidak punya musuh, tidak ada yang membenci kita, berbuat baik dan sebaik-baiknya yang bisa kita lakukan. Aku ingin menjadi orang baik. Tapi realitanya, tidak cukup hanya berbuat baik, dan melakukan hal yang sebaik-baiknya yang bisa kita lakukan. Dengan berbuat baik pun, tidak lantas menjadi tidak ada orang yang tidak suka dengan kita, tidak ada orang yang membenci kita.

Isi hati dan isi pikiran orang memang siapa yang tahu? Dalamnya hati pun siapa yang bisa mengukur?

Dalam hati, ku ingin membahagiakan semua orang, dalam hati aku tidak ingin mengecewakan setiap orang. Tapi siapa bisa? Sepertinya tidak ada.

Dua puluh empat tahun sudah aku menjalani hidup di dunia ini, dan di umur dua puluh empat ini, hidup menjadi semakin rumit dan tidak sesederhana tahun-tahun sebelumnya. Hidup hanya untuk belajar, manut sama orang tua, main-main sama teman, ikut kegiatan ini itu.

Sekarang, di usia yang hampir seperempat abad, rasanya semakin banyak yang dipikirkan. Kita hidup mau apa? Harus cari apa? Urip kuwi arep nggolek opo?

Aku juga masih belum punya jawabannya. Mungkin kamu punya sebuah atau banyak pendapat?

No comments

your comment awaiting moderation