PENGARUH ALIANSI PERTAHANAN “ANZUS” TERHADAP DINAMIKA KAWASAN ASIA PASIFIK

Penulis: Siti Wulandari
Mahasiswa FISIP-Hubungan Internasional
Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama)
(24 Juni 2012)

BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang Masalah
Pakta ANZUS (Australia, New Zealand and United States) dibentuk dan ditandatangani pada September 1951 di San Fransisco oleh masing-masing perwakilan dari negara Australia, Selandia Baru dan Amerika Serikat. Pakta ANZUS ini merupakan salah satu bentuk kerjasama keamanan “aliansi pertahanan” yang dirumuskan oleh ketiga negara tersebut.
Aliansi pertahanan ini dibentuk paska berakhirnya Perang Dunia II yang dimenangkan oleh Amerika Serikat. Di mana Amerika Serikat berhasil mengalahkan Jepang di Asia Pasifik. Dalam Perang Pasifik ini, Amerika Serikat membantu Australia (khususnya) dalam menjaga keamanan dan pertahanannya menghadapi Jepang.
Hal tersebutlah yang menjadi faktor pendorong dibentuknya sebuah aliansi pertahanan yang dapat menjaga dan menjamin keamanan di Asia Pasifik. Pada awalnya, ide ini digagas oleh Australia dan didorong pula oleh Selandia Baru kemudian untuk menjaga keamanan dan stabilitas di Asia Pasifik.
Namun, Selandia Baru kemudian keluar dari perjanjian aliansi pertahanan ANZUS pada tahun 1985. Selandia Baru tidak setuju dengan sikap Amerika dan Australia yang mendukung dan menggunakan senjata nuklir sebagai senjata perang.
Aliansi pertahanan ANZUS hingga saat ini masih tetap terjalin meskipun tanpa Selandia baru. Aliansi pertahanan ini dinilai sebagai aliansi pertahanan yang paling lama terjaga. Pada bulan September tahun lalu pun, Amerika dan Australia telah merayakan aliansi yang telah terjalin selama 60 tahun tersebut. Di sini penulis akan banyak membahas tentang pengaruh ANZUS di kawasan Asia Pasifik yang terangkum dalam makalah yang berjudul “Pengaruh Aliansi Pertahanan “ANZUS” Terhadap Dinamika Kawasan Asia Pasifik.”

Logo Anzus
Sumber: Departemen Pendidikan Sejarah UPI Bandung

2.      Rumusan Permasalahan
Telah disebutkan sebelumnya bahwa sejak tahun 1985 Selandi Baru telah keluar dari aliansi pertahanana ANZUS yang dibentuk sejak tahun 1951. Sehingga dalam makalah ini, akan lebih membahas keterlibatan Australia dan Amerika dalam aliansi pertahanan ANZUS dan pengaruhnya terhadap dinamika di kawasan Asia Pasifik, sebagai jawaban atas pertanyaan penelitian “Bagaimana ANZUS mempengaruhi dinamika kawasan Asia Pasifik?”

3.      Kerangka Teori
a.      Collective Defense / Aliansi
"Collective Defense organizations are perceived as systemic structures created by the states in order to deter a common perceived threat that they cannot balance separately. The character of such an organization is exclusive, the nature of the threat is narrowly defined and the dividing line between allies and enemies clear.”[1]
Collective Defense“The Parties agree that an armed attack against one or more of them... shall be considered an attack against them all; and consequently they agree that, if such an armed attack occurs, each of them in exercise of the right of individual or collective self-defence … will assist the Party or Parties so attacked by taking forthwith, individually and in concert with the other Parties, such action as it deems necessary, including the use of armed force, to restore and maintain the security ….”[2]
Collective defense (aliansi) sebagai bentuk pengaturan keamanan untuk mengahalau ancaman bersama yang tidak dapat dihadapi sendiri. Aliansi ini bersifat eksklusif, pemetaan sekutu dan musuh tergambar secara jelas, dan prinsip utamanya adalah serangan militer terhadap satu anggota, maka anggota lain akan membantu melawan serangan yang muncul meskipun dengan menggunakan kekuatan bersenjata untuk menjaga stabilitas keamanan. Aliansi pertahanan ANZUS merupakan salah satu contoh dari organisasi pengaturan keamanan dalam kerangka collective defense / aliansi.

BAB III
PEMBAHASAN DAN ANALISA

1.      Perjanjian Aliansi Pertahanan “ANZUS”
Pada tanggal 26 Januari 1788, Inggris membentuk koloni kulit putih di Australia. Awalnya keamanan dan pertahanan dari Australia dibantu dan dijamin oleh Pemerintah Inggris. Namun, Negara induk (Inggris) yang secara strategis jauh dengan Australia menyebabkan warga Australia merasa terancam dari serangan dan ancaman dunia luar.
Awalnya, baik Australia dan Selandia Baru bekerjasama dengan Inggris sejak tahun 1788, untuk menjaga keamanan dan pertahanan negaranya. Namun, ketika Perang Dunia II berlangsung, Inggris kurang memperhatikan kawasan Pasifik Selatan ditambah pula dengan kekalahan Inggris pada Perang Dunia II. Di mana pasukan Inggris tidak mampu melawan Jepang, jatuhnya Malaya dan benteng pertahanan Inggris di Singapura dan pemboman atas Darwin oleh tentara Jepang.
Ketika perang tersebut berlangsung, Inggris tidak mampu membantu Australia menahan dan melawan serangan-serangan yang terjadi. Di lain pihak, ketika Australia membutuhkan bantuan dan pertolongan untuk melawan serangan Jepang, Amerika Serikat membantu Australia menghadapi serangan Jepang.
Bahkan pada bulan Mei 1942, armada gabungan Amerika Serikat dan Australia berhasil mengusir kekuatan Jepang dalam pertempuran Laut Karang. Dan pada bulan Juni berhasil mengalahkan Jepang dalam pertempuran di Midway. Kemenangan  Amerika Serikat dalam Perang Dunia II menunjukkan pentingnya peran Amerika Serikat sebagai pengawal pertahanan dan keamanan Australia dan Kawasan Asia Pasifik. Sehingga Australia dan Selandia Baru membentuk pakta pertahanan ANZUS (Australia, New Zealand and United States). Pembentukan ANZUS ini bisa pula dikatakan sebagai strategy of denial toward United Kingdom.[3] Sehingga kiblat Australia dan Selandia Baru berubah dari Pax Britannica ke Pax Americana.
Latar belakang dibentuknya aliansi pertahanan ANZUS di kawasan Asia Pasifik adalah:
1.      Dibentuknya aliansi pertahanan ANZUS dikarenakan ketakutan dan kekhawatiran Australia dan Selandia Baru atas ancaman dari utara. Sehingga kedua negara tersebut membutuhkan perlindungan dari negara yang lebih besar dan lebih kuat untuk melindungi keamanan mereka.
  1. Inisiatif yang berasal dari Menteri Luar Negeri Australia (1949-1951) yaitu Perry C. Spender. Menurutnya, Australia harus membentuk pakta keamanan di kawasan Pasifik. Pakta keamanan ini sebagai usaha untuk membuat kondisi politik yang stabil di kawasan Asia Pasifik.
  2. Dalam pandangan Spender, bahaya yang paling besar bagi Asia Pasifik adalah komunis dari China yang merupakan basis komunis di Asia. Ia mengkhawatirkan komunis ini menyebar ke Asia Pasifik khususnya Asia Tenggara. Karena situasi apa pun, baik damai maupun perang, di wilayah Asia Pasifik akan turut berpengaruh terhadap keamanan wilayah Australia.
  3. Inisiatif Spender ini di dukung oleh Menteri Luar Negeri New Zealand,Frederick W. Doidge.
Kemudian, rencana kerjasama pertahanan itu dibicarakan dengan John Foster Dulles sebagai Wakil Truman dalam mendiskusikan konsep awal perjanjian ANZUS. Akhirnya Pakta Pertahanan ANZUS pun disepakati dan ditandatangani oleh Perry C. Snider (Australia), C.A. Berendson (New Zealand), Dean Acheson, John Foster Dulles, Alexander Willey, John F. Sparkman (Amerika Serikat) pada bulan September 1951 di San Fransisco.
Di mana prinsip-prinsip dasar dalam Pakta ANZUS yang disepakati oleh ketiga negara anggota adalah:
  1. Saling membantu dalam mencegah para agresor yang mungkin muncul di kawasan Australia, Selandia baru dan Amerika Serikat;
  2. Mengkoordinasikan pertahanan bersama di kawasan Pasifik;
  3. Membendung pengaruh komunisme yang dianggap sebagai agresor di kawasan Asia Pasifik terutama dari China dan Uni Soviet;
  4. Meningkatkan kerjasama militer untuk mencegah terjadinya agresi negara lain ke kawasan Pasifik;
  5. Keterikatan dalam menghadapi segala serangan bersenjata bersama karena ancaman terhadap salah satu anggota juga merupakan ancaman bagi anggota lainnya.[4] (Poin ini merupakan poin inti dan terpenting, di mana melalui pernyataan tersebut baik Australia, Selandia Baru dan Amerika Serikat berkomitmen untuk membentuk sebuah aliansi pertahanan (collective defense).
Bentuk-bentuk perjanjian dan kerjasama yang terdapat dalam aliansi pertahanan ANZUS yaitu:
  1. Kerjasama bilateral mengenai masalah pertahanan dan keamanan dalam praktek kegiatan bisnis. Di mana ketiga negara anggota dapat mengakses pendidikan, pelatihan dan teknologi militer yang dimiliki oleh satu sama lain;
  2. Negara-negara anggota aliansi harus menyokong perjanjian atau pertempuran Amerika Serikat di wilayah Asia Pasifik. Di sini, aliansi ANZUS menjadi kunci yang penting bagi Amerika Serikat sebagai dasar jaringan persekutuan bilateral Asia Pasifik yang juga melibatkan Jepang, Korea, Thailand dan Filipina. Jaringan persekutuan dan hubungan yang strategis ini merupakan inti sikap Amerika Serikat di Asia. Dengan demikian, Amerika Serikat dapat mengontrol stabilitas keamanan regional di kawasan Asia Pasifik khususnya. Dalam pakta tersebut pun, terdapat kesepakatan bahwa negara-negara anggota akan saling mendukung kapan pun dibutuhkan.
2.      Kepentingan Australia Dalam Perjanjian ANZUS
Australia menerapkan politik isolasionis untuk membentengi dirinya dari serangan dan ancaman luar.[5] Politik isolasionis tersebut berlatar belakang dari dibentuknya koloni kulit putih di Australia pada 26 Januari 1788 oleh Inggris. Namun, Negara induk (Inggris) yang secara strategis jauh dengan Australia menyebabkan warga Australia merasa terancam dari serangan dan ancaman dunia luar.
Politik isolasionis tersebut diterapkan juga pada kebijakan pertahanan Australia. Hal inilah yang menyebabkan Australia selalu mempedulikan perkembangan lingkunagn strategisnya, khususnya untuk mencegah datangnya ancaman dari utara. Namun, Australia belum mampu melindungi dirinya sendiri secara mandiri, sehingga para perancang pertahanan Australia melihat perlunya kekuatan luar yang besar yang dapat melindungi Australia dari ancaman luar, yang dikenal dengan imperial benevolent.[6]
Menteri Luar Negeri Australia, Gareth Evan menyatakan Australia perlu menerapkan strategi "constructive commitment" terhadap Pasifik Selatan, menggunakan kekuatan laut sebagai diplomasi militer dan membangun jejaring kerjasama pertahanan (cobweb of defense co-operations) antara Australia dan negara-negara Asia Tenggara serta Pasifik Selatan.
Pada masa Perang Dingin yang awalnya perseteruan terjadi di belahan Eropa, kini merambah ke Asia dan khawatir akan merambah ke Australia dan Selandia Baru. Terlebih lagi ketika Komunis China mengalami kemenangan yang dikonstruksi oleh Mao Tse Tung. Dan hal ini (kemenangan komunisme) dianggap sebagai ancaman yang nyata terbesar di Australia dan Selandia Baru.[7]
Sedangkan, Kebijakan luar negeri Australia tidak lepas dari sistem pertahanan dan keamanan karena berupaya untuk melindungi diri dari ancaman luar. Karena Australia memandang perlunya keamanan dan kestabilan di wilayah Australia khususnya, dan kawasan Pasifik Selatan umumnya. Sehingga, Menteri Luar Negeri Australia, H.V. Evatt, menyarankan agar wilayah Pasifik yang merupakan kawasan terdekat Australia harus dijaga meskipun melibatkan kekuatan luar dari Amerika Serikat sekalipun.[8]
Menteri Luar Negeri Australia bertemu dengan Presiden Amerika Serikat , Harry S. Ttruman, pada tanggal 21 juni 1946 untuk membicarakan keinginan Australia agar Amerika Serikat menjamin pertahanan Australia dan Selandia Baru dengan menggunakan Pulau Manus di utara Papua Nugini sebagai bagian pertahanan Australia di Pasifik.[9]
Dalam persaingan ideologi di masa perang dingin, Australia lebih mendukung barat, terutama Amerika Serikat, karena:
  1. Secara tradisional, Australia jauh terlibat dalam persekutuan pertahanan dan perdagangan dengan Inggris, yang merupakan elemen penting dari kekuatan negara-negara barat;
  2. Australia memerlukan dukungan sistem pertahanan yang kuat untuk menjamin keamanan wilayah strategisnya di Pasifik Selatan agar jalur-jalur perdagangan luar negerinya tetap terjamin.[10]
Pakta Pertahanan ANZUS ini tentu sangat sesuai dengan kebijkaan luar negeri Australia yang berupaya menjaga kemanan dan pertahanan negaranya dari serangan dan ancaman yang berasal dari utara. Dalam kerjasama pertahanan ini, Australia dapat memenuhi kepentingan nasionalnya untuk mengupayakan perlindungan secara maksimal untuk mencegah serangan dari lingkungan luar.
Karena keikutsertaannya dalam ANZUS, Australia dapat mengatur strategi militer dan penerapan alat-alat teknologi militer. Australia juga ikut serta dalam Perang Korea dan Perang Korea dalam rangka memerangi dan menghambat penyebaran ideologi komunis.
Australia memiliki lima tujuan strategis yang tertera pada buku putih pertahanannya tahun 2000 (Defense White Paper 2000: Our Future Defense Force). Yang menjadi penyokong utama tercapainya lima tujuan strategis Australia tersebut adalah aliansi militer yang dibangunnya dengan Amerika dalam ANZUS.
Tujuan strategis yang ingin dicapai oleh Australia dalam buku putih pertahanannya adalah:
1. Ensuring the defense of Australia and its direct approaches;
2. Fostering the security of our immediate neighborhoods;
3. Promoting stability and cooperation in Southeast Asia;
4. Maintaining strategic stability in the wider Asia Pacific region;
5. Contributing to efforts, especially by the un, to uphold global security.
Aliansi Australia dan Amerika merupakan aset strategi kunci yang mendukung kepentingan-kepentingan bilateral, regional dan global Australia. Dalam ANZUS, Australia membantu Amerika dalam segala visinya yang ingin digalakkan di kawasan Pasifik, sebagai balasan jaminan keamanan yang diberikan oleh Amerika.
Strategi pertahanan Australia ditentukan oleh:
  1. Perubahan strategi pertahanan Amerika dan Inggris di Asia Pasifik, khusunya Asia Tenggara;
  2. Perubahan bentuk ancaman.

3.      Pengaruh ANZUS Terhadap Dinamika Kawasan Asia Pasifik
Pembentukan pakta pertahanan ANZUS ini, sejak tahun 1951 hingga sekarang yang telah berumur 60 tahun pada September 2011, telah memberikan dampak terhadap dinamika kawasan Asia Pasifik. Adapun respon dan peristiwa-peristiwa yang terpengaruhi karena keberadaan ANZUS antara lain:
  1. W. Churchill (Perdana Menteri Inggris) menyampaikan pidato kenegaraannya, yang secara tidak langsung menyatakan bahwa pemerintah inggris tidak setuju dengan adanya pakta ANZUS. Karena khawatir akan merusak hubungan baik antara Inggris, Australia dan Selandia Baru;[11]
  2. Negara-negara Asia memandang ANZUS sebagai perkumpulan Negara yang "English Speaking Country" dan sebagai alat propaganda aliansi yang antikomunis yang dikhawatirkan akan berkembang di Asia Pasifik;
  3. Kekuatan bersenjata Australia ikut serta dalam operasi militer di Timor-Timur bersama dengan pasukan multinasional (International Force In East Timor - INTERFET) pada tahun 1999. Pada saat itu, Timor-Timur dianggap sebagai celah penyebaran komunisme oleh Stalin di kawasan Asia Tenggara. Hal ini menyebabkan ketakutan Australia, sehingga Australia ikut terjun secara langsung menghentikan penyebaran komunisme di Timor-Timur;
Pada tahun 1999 dan 2003, pasukan bersenjata Australia dan Selandia baru mengerahkan pasukannya bersama-sama untuk melakukan operasi militer dalam skala besar di Timor Timur. Tujuannya untuk mencegah milisi Pro-Indonesia dari agenda pembersihan etnis dan mengubah suara referendum kemerdekaan. Saat itu, Amerika Serikat memberikan bantuan logistik terbatas tetapi USS Mobile Bay menyediakan pertahanan udara untuk operasi militer awal. Kemudian operasi militer itu diambil alih oleh PBB.
  1. Selandia Baru mengundurkan diri dari ANZUS karena Selandia Baru menolak kedatangan kapal-kapal perang Amerika Serikat yang membawa persenjataan nuklir untuk berlabuh di pelabuhan-pelabuhan Selandia Baru pada tahun 1985.
Selandia Baru melakukan hal tersebut karena Selandia Baru adalah negara yang anti nuklir dan mempromosikan non-proliferasi nuklir di tingkat dunia. Karena dalam pemikiran strategi pertahanan Selandia Baru, keamanan di kawasan Asia Pasifik dapat terjaga jika tidak ada perdagangan senjata black market dan tidak adanya persenjataan nuklir. Sehingga, konflik yang terjadi masih bisa ditangani dan diselesaikan dengan cara mediasi maupun dialog dan perundingan.
Hubungan Selandia Baru dengan amerika serikat memburuk ketika Wellington melarang kapal perang atau kapal bertenaga nuklir Amerika memasuki pelabuhannya. Amerika marah atas perlakuan Wellington dan mencabut jaminan perlindungan keamanan kepada Selandia Baru. Sehingga terjadi ketegangan antar negara-negara di kawasan Pasifik untuk menjadi kawasan yang bebas nuklir atau tidak.
  1. Hubungan pertahanan Australia dan Selandia Baru tetap dipelihara melalui progra-program pelatihan militer dan penguasaan ilmu kemilteran serta persenjataan, meskipun Selandia Baru terlah keluar dari aliansi;
  2. Fokus perhatian Amerika adalah mencegah perluasan komunisme di Asia Pasifik, sehingga Australia mengembangkan "forward defense strategy", untuk visi Amerika di Asia Pasifik, yaitu dengan cara :
a.       Australia ikut serta dalam politik pembendungan komunisme (containment policy) Amerika Serikat di Asia, seperti ikut serta dalam Perang Korea dan Perang Vietnam;
b.      Australia juga bergabung dalam pakta pertahanan Asia Tenggara (South East Asia Treaty Organization – SEATO);
c.       British Commonwealth Far East Strategic Reserve (FESR).
Hal ini dilakukan oleh Australia karena Australia juga berupaya membendung masuknya paham komunis ke wilayahnya sebagai salah satu bentuk ancaman yang paling berbahaya bagi keamanan dan pertahanan negaranya.
  1. Australia juga ikut serta dalam program missile Amerika Serikat yang bertujuan untuk mencegah proliferasi (pengembangan) senjata pemusnah massal, sehingga australia membentuk Australia's Maritime Identification Zone (AMIZ) yang kemudian berubah menjadi Australia's Maritime Identification System (AMIS);
  2. Dalam buku putih pertahanan Australia tahun 2003 (Australia's National Security: A Defense Update), Australia memiliki fokus ancaman yang baru. Ancaman yang ada telah bergeser dari isu konvensional ke non-konvensional di mana isu-isu terorisme, penyelundupan dan perdagangan senjata ilegal, penyelundupan dan perdagangan manusia menjadi fokus ancaman bagi Australia kini. Sehingga pasukan bersenjata Australia juga turut untuk menangani konflik transnasional yang terjadi khususnya atas ancaman non konvensional yang menjadi fokus baru bagi Australia.
  3. Pasukan Australia mengirimkan pasukan bersenjatanya ke Pulau Solomon pada tahun 2003 untuk meredakan kerusuhan anti China yang terjadi di pulau tersebut;
  4. Australia juga turut membuat kebijakan untuk memerangi terorisme yang sejalan dengan kebijakan George W. Bush "global on terror" pada mei 2003.
Perdana Menteri Australia, John Howard, dan Presiden Amerika, George W. Bush berada di Washingto DC, ketika terjadi serangan bom ke Gedung WTC, Amerika Serikat, pada tanggal 11 September 2001. Karena hal tersebut, kedua negara memiliki fokus terhadap tindakan memerangi ancaman teror global. Bahkan Presiden Bush, menerapkan kebijkaan “global war on terror”. Untuk membantu realisasi kebijakan tersebut, Australia dan Selandia Baru menyediakan peralatan militer, temasuk angkatan laut khusus untuk mendukung Amerika melakukan misi “Operation Enduring Freedom” sebagai tindakan anti gerakan Taliban sebagai salah satu respon atas serangan bom yang terjadi pada tanggal 11 September 2001.
  1. Defence White Paper Australia, 2000, tertulis bahwa “bagi Australia melanjutkan hubungannya dengan Amerika Serikat akan mendukung kemampuan pertahanan Australia dan memainkan peran penting dalam mewujudkan stabilitas strategis di kawasan Asia Pasifik”
  2. Australia mendukung PSI (the proliferation security initiative) yang dibentuk sejak juni 2003 sebagai mekanisme untuk menghentikan perdagangan senjata pemusnah massal di dunia, Australia pun memperhatikan perkembangan persenjataan nuklir yang dibangun oleh Korea Utara yang dikhawatirkan akan mengganggu keamanan dan stabilitas di kawasan Pasifik;
  3. Awalnya, kehadiran Amerika Serikat di Pasifik yang terutama adalah memperebutkan pengaruh dan membendung komunisme di Asia Pasifik, yang juga merupakan persaingan ideologi dengan China dan Uni Soviet.
  4. Amerika mengembangkan “theatre missile defense” dan “national missile defense” di kawasan Pasifik.
  5. Terjadi persaingan ekonomi antara China dan Amerika Serikat di Pasifik. China saat ini merupakan kekuatan penantang dominasi militer Amerika Serikat di Asia Timur termasuk juga di kawasan Pasifik Selatan.
  6. Selandia Baru merasa sangat khawatir akan ancaman senjata nuklir Rusia dan China. Selandia Baru menghendaki agar senjata nuklir tidak dikembangkan lagi dan negara-negara di Pasifik ikut serta dalam non-proliferation treaty. Selandia Baru beserta Fiji dan Papua Nugini mengajukan suatu resolusi kepada PBB agar Pasifik Selatan dipandang sebagai wilayah bebas nuklir.
  7. Salah satu topik yang menjadi perhatian utama di tahun 2000-an adalah dinamika politik yang terjadi antara China daratan dan Taiwan. Di mana China daratan tidak mengakui kedaulatan negara Taiwan. Sedangkan Taiwan mendeklarasikan dirinya sebagai negara yang berdaulat. Hal ini menjadi dilematik bagi Australia dan Amerika. Di mana Amerika mendukung kedaulatan Taiwan dan Australia memiliki ikatan budaya, ekonomi, dan pertahanan yang kuat dengan Amerika. Namun, di waktu yang sama Australia juga memiliki hubungan perdagangan yang semakin meningkat dengan China daratan. Situasi yang demikian, tentu menjadi dilematik bagi hubungan bilateral suatu negara. Karena China daratan menerapkan kebijakan “One China Policy”, di mana negara-negara yang ingin menjalin hubungan bilateral dengan China, maka tidak boleh mengakui kedaulatan Taiwan.
  8. Aliansi pertahanan yang dijalin antara Australia dan Amerika ini pun menimbulkan pro dan kontra dari masyarakat Australia sendiri. Pasalnya, Australia turut terlibat dalam Perang Irak tahun 2003 yang dipimpin oleh Amerika. Sehingga beberapa kalangan masyarakat Australia meminta dilakukannya re-negosiasi tentang perjanjian pertahanan ANZUS, terutama dalam konteks terorisme.
19.  Antara Selandia Baru dan Amerika terjadi persengketaan dan perbedaan pandangan mengenai senjata nuklir. Di mana Selandia Baru tidak sepaham akan penggunaan nuklir terutama di kawasan Pasifik. Hal ini menyebabkan tekanan yang diberikan oleh pihak Amerika Serikat kepada Selandia Baru pada tahun 2006. Para pejabat perdagangan Amerika menghubungkan pencabutan larangan kapal nuklir Amerika dari Pelabuhan Selandia Baru ke Perjanjian Perdagangan bebas antara kedua negara.[12]
20.  Pada tanggal 4 Februari 2008, Perwakilan Dagang Amerika, Susan Schab, mengumumkan bahwa Amerika akan bergabung dalam negoisasi “P-4”, yaitu Four Pasific Countries; Brunei, Chili, Selandia Baru dan Singapura yang telah menjalin free trade agreement dalam Kemitraan Trans Pasifik Economi Strategis. Di mana Amerika berusaha mengambil peran yang penting dalam perjanjian tersebut.
21.  Pada tahun 2010, akhirnya Selandia Baru dan Amerika menandatangani Deklarasi Wellington, yang mengakhiri “ANZUS dispute”. [13] Yang berarti bahwa Amerika dan Selandia baru akan melanjutkan aliansi pertahanan yang dulu telah dibentuk bersama.
22.  Pada tanggal 16 November 2011, Presiden Amerika, Barack Obama dan Perdana Menteri Australia, Julia Gillard, bertemu di Canberra, Australia untuk mengumumkan rencana penggelaran pasukan Amerika Serikat secara berkelanjutan di wilayah tersebut. Dan kemudian, pada bulan Desember 2011, sebanyak 2.500 tentara Amerika ditempatkan di Darwin, Australia.
Pengerahan pasukan militer tersebut menimbulkan banyak reaksi dari negara-negara tetangga di kawasan Pasifik. China menjadi negara yang paling keras mempertanyakan dan menentang kehadiran militer Amerika di Australia karena merupakan salah satu bentuk provokasi ketegangan secara militer di kawasan Pasifik. Negara-negara Asia Tenggara pun, Indonesia salah satunya, mempertanyakan perihal pengerahan pasukan tersebut. Sehingga, kehadiran pasukan militer Amerika di Pasifik sempat menimbulkan ketegangan. 

BAB IV
PENUTUP

1.      Kesimpulan
Dari pembahasan makalah di bab sebelumnya dapat kita simpulkan bahwa ANZUS (Australia, New Zealand and United States) merupakan bentuk aliansi pertahanan yang dibentuk oleh ketiga negara tersebut sejak September 1951. Pembentukan aliansi ini berawal dari Perang Dunia II yang terjadi di Pasifik dan ketegangan yang terjadi pada masa perang dingin yang berimbas pula di kawasan Pasifik. Di sini baik Australia maupun Selandia Baru membutuhkan perlindungan untuk menjaga dan menjamin keamanan serta pertahanan mereka.
Kekalahan yang dialami Inggris, menyebabkan kehadiran Amerika sebagai penyelamat kedua negara tersebut di Pasifik mendorong untuk dibentuknya aliansi pertahanan di Pasifik. Aliansi pertahanan ANZUS ini telah terjalin sejak 60 tahun yang lalu dan telah memberikan pengaruh dan efek bagi dinamika yang terjadi di kawasan Pasifik.
Adapun dinamika yang terjadi di kawasan Pasifik yang disebabkan oleh keberadaan aliansi pertahanan ANZUS antara lain 1)Ketidaksepakatan Inggris atas pembentukan ANZUS; 2)ANZUS dianggap sebagai alat propaganda anti komunis bagi Asia; 3) Australia terlibat dalam operasi-operasi militer yang terjadi di Timor Timur dan Pulau Solomon; 4) adanya ketidaksepahaman antara Selandia Baru dengan Amerika dan Australia mengenai penggunaan senjata nuklir untuk keamanan dan pertahanana; 5) fokus Amerika di Pasifik adalah untuk mendapatkan pengaruh; 6) membendung komunisme dan melawan terorisme; 7) dibentuknya sistem identifikasi maritime Australia untuk pertahanan di Pasifik; 8) Amerika dan Australia juga menggalakkan pencegahan proliferasi (pengembangan) senjata pemusnah missal di dunia; 9) Amerika mengembangkan strategi “threat missile defense” dan “national missile defense” di Pasifik; 10) terjadi persaingan antara China daratan dan Amerika baik di bidang ekonomi maupun militer di Pasifik; 11) adanya dilematisme mengenai “One China Policy” yang diterapkan oleh China; 12) aliansi ANZUS memunculkan pro dan kontra di kalangan masyarakat ketika pasukan militer Australia turut terlibat dalam Perang Irak tahun 2003 yang dipimpin oleh Amerika atas nama “war on global terrorism”; 13) pejabat perdagangan Amerika memberikan tekanan kepada Selandia Baru pada tahun 2006 terkait dengan pelarangan kapal nuklir Amerika berlabuh di pelabuhan Selandia Baru; 14) perwakilan dagang Amerika bergabung dalam negosiasi “P-4” yang juga untuk membahas kerjasama ekonomi trans pasifik; 15) akhirmya “ANZUS dispute” antara Selandia Baru dan Amerika diselesaikan dengan Deklarasi Wellington pada tahun 2010; 16) Amerika melakukan penggelaran pasukan di Darwin pada bulan Desember 2011 yang memunculkan banyak reaksi, seperti China yang menanyakan dengan keras dan menentang kehadiran militer Amerika di Darwin.



[1] Craig Snider. Regional Security Structures in Anastasios Valvis. NATO: From Collective Defense to Collective Security. And The Debate Goes On. Bradford University. Hal. 2.
[2]  IR Paradigms, Approaches and Theories. http://www.irtheory.com/know.htm. 3 Januari 2012.
[3]   Wawan Darmawan. Aliansi Australia Dalam ANZUS Treaty. 1951. Hal. 1.
[4]   Frank Crowly. Modern Australian in Document 1939-1970. Vol.5. “A New Zealand Treaty”. Australia: Wren Publishing pty. Hal. 248-251.
[5]   Ikrar Nusa Bhakti dan Athiqah Nur Alami. Evolusi Kebijakan Pertahanan Australia (1986-2005): Dari Stratgegi Kontinental ke Strategi Maritim.
[6]   Ibid.
[7] Dennis Phillips. Ambivalent Allies: Myth and Reality in the Australian American Australian Relationship. Victoria: Pinguin Books ltd. 1998. Hal. 140.
[8]   J.A. Camilleri. Australian Foreign Policy. New South Wales: The Jaracanda. 1967. Hal.23.
[9]   T.B. Milliar. Australian in the Peace and War. NSW: Macmillan Publishing Australian pty. 1991. Hal. 156.
[10]             Wawan Darmawan. Aliansi Australia Dalam Anzus Treaty (1951). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
[11]   Harper Norman. A Great and Powerful Friend: A Study of Australian American Relation Between 1900 and 1975. Queensland: University of Queensland. 1987. Hal. 250.
[12] “It’s Time to Trade in, and Trade up, the Outdated ANZUS Treaty.” 15 April 2004. http://www.onlineopinion.com.au/view.asp?article=2140.


DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Jurnal
Bhakti, Ikrar Nusa dan Athiqah Nur Alami. Evolusi Kebijakan Pertahanan Australia (1986-2005): Dari Strategi Kontinental Ke Strategi Maritim.
Bhakti, Ikrar Nusa. Keamanan Kawasan Pasifik Selatan. Makalah Dibawakan Pada Seminar "Keamanan Regional Indonesia: Tantangan, Peluang Dan Respons" Oleh Badan Pengkajian Dan Pengembangan Kebijakan, Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, Jakarta 17 Desember 2002.
Camilleri, J.A. Australian Foreign Policy. New South Wales: The Jaracanda. 1967.
Crowly, Frank. Modern Australian in Document 1939-1970. Vol.5. “A New Zealand Treaty”. Australia: Wren Publishing pty.
Darmawan, Wawan. Aliansi Australia Dalam Anzus Treaty (1951).
Milliar, T.B.. Australian in the Peace and War. NSW: Macmillan Publishing Australian pty. 1991.            
Musumeci, Martino Gabriel. “World Order And Regional Security Theories: The Value Of Almost Forgotten Theoretical Legacies.” IPSA/ECPR Joint Conference at the Univ. of Sao Paulo. 16-19 Feb 2011.
Norman, Harper. A Great and Powerful Friend: A Study of Australian American Relation Between 1900 and 1975. Queensland: University of Queensland. 1987.
Phillips, Dennis. Ambivalent Allies: Myth and Reality in the Australian American Australian Relationship. Victoria: Pinguin Books ltd. 1998.
Ramadhani, Dyah Ayunico. Bentuk-Bentuk Pengaturan Keamanan Regional dan Internasional : Pengaturan Tradisional Hingga Berbasis Komunitas.
Sitohang, Japanton. Respon Selandia Baru Terhadap Kebijakan Pertahanan Australia.
Snider, Craig. Regional Security Structures in Anastasios Valvis. NATO: From Collective Defense to Collective Security. And The Debate Goes On. Bradford University.

Website, Artikel, Surat Kabar
“Australia-US alliance.” http://www.dfat.gov.au/geo/us/australia_us_alliance.html. Diakses Pada 24 Juni 2012, Pukul 16.00 WIB.
“Developing Alliances: The ANZUS Pact, SELANDIA BARU And The South East Asia Treaty Organization: Introduction—The Policy Background And The Policy Framework.Http://Epress.Anu.Edu.Au/Sdsc/Timing/Mobile_Devices/Ch01s03.Html. Diakses Pada 23 Juni 2012, Pukul 22.00 WIB.
 “It’s Time to Trade in, and Trade up, the Outdated ANZUS Treaty.” 15 April 2004. http://www.onlineopinion.com.au/view.asp?article=2140. Diakses pada 24 Juni 2012, Pukul 20.10 WIB.
New Zealand and The Vietnam War.” http://www.nzhistory.net.nz/war/vietnam-war. Diakses Pada 22 Juni 2012, Pukul 21.40 WIB.
Department Of External Affairs, Canberra. Security Treaty Between Australia, New Zealand And The United States Of America [Anzus]. 1997. Canberra: Australian Government Publishing Service. Http://Australianpolitics.Com/Issues/Foreign/Anzus-Treaty-Text. Diakses Pada 23 Juni 2012, Pukul 22.20 WIB.
Field, Michael. “NZ Off ANZUS Party List.” Http://Www.Stuff.Co.Nz/Dominion-Post/News/Politics/5644274/NZ-Off-Anzus-Party-List. 18 September 2011. Diakses Pada 23 Juni 2012, Pukul 23.00 WIB.
Global Security. “Australia, New Zealand, United States (ANZUS).” Http://Www.Globalsecurity.Org/Military/World/Int/ANZUS.Htm. Diakses Pada 21 Juni 2012, Pukul 20.40 WIB.
IR Paradigms, Approaches and Theories. http://www.irtheory.com/know.htm. 3 Januari 2012. Diakses pada 24 Juni 2012, Pukul 19.10 WIB.
Rowling, Sir Wallace. (Duta Besar Selandia Baru untuk Amerika Serikat). “New Zealand and ANZUS.” http://afs.sagepub.com/content/12/2/169.abstract. Diakses pada 23 Juni 2012, Pukul 23.10 WIB.





Happy reading and enjoy it :)

2 comments

  1. salam.
    mbak ada artikel ttg AMIS gak? ANZUZ sama AMIS kan masih berkaitan, kalau ada share yaa.. thanks.

    ReplyDelete
    Replies
    1. wahhh udah lama banget ya ternyata, aku baru cek komen. Dan ternyata, tulisan ini lagi banyak dicari sama mahasiswa yaa. Semoga ulasan ini bisa sedikit membantu utk teman2 yang sedang mencari referensi terkait ANZUS.

      ps. I don't write any articles about AMIS.

      Delete

your comment awaiting moderation