OUTLINE: KEPENTINGAN AMERIKA SERIKAT DALAM PENGGELARAN PASUKAN MILITERNYA DI DARWIN, AUSTRALIA (2011)


Penulis: Siti Wulandari
Mahasiswa FISIP-Hubungan Internasional
Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang Permasalahan
Australia merupakan benua yang berada di kawasan Asia Pasifik. Kawasan ini memiliki nilai strategis dalam konteks hubungan internasional. Di mana kawasan ini merupakan jalur perdagangan internasional, perairan Samudera Pasifik juga kerap kali digunakan sebagai tempat latihan militer, baik oleh militer Australia, maupun oleh militer Amerika Serikat.[1]
Dengan demikian posisi Australia yang berada di kawasan Asia Pasifik memiliki arti penting dalam bidang ekonomi, militer dan politik. Perlu diingat pula bahwa letak Australia ini relatif dekat dan berhadapan dengan Benua Asia.[2] Sehingga, kawasan Australia ini menjadi perhatian dan sasaran kerjasama bagi Amerika Serikat.
Sejatinya Amerika Serikat sudah menaruh perhatian dan pengaruhnya di kawasan Asia Pasifik sejak paska Perang Dunia II, terbukti dengan kerjasama ekonomi maupun kerjasama pertahanan yang diwujudkan dalam kerjasama pakta perthanan ANZUS dengan Australia dan New Zealand. Namun, fokus perhatiannya bergeser ke kawasan Timur Tengah karena kepentingan sumber energi (minyak) di kawasan tersebut sebagai bahan baku untuk menjalankan roda perindustrian Amerika Serikat.
Namun, ketika China dan India mulai muncul sebagai new emerging powers dan great economic powers di tatanan dunia global pada umumnya dan di kawasan Asia pada khususnya, Amerika Serikat kembali mengalihkan fokus perhatiannya pada kawasan Asia Pasifik. Amerika Serikat berupaya menanamkan kembali pengaruhnya secara lebih kuat baik secara ekonomi maupun militer di kawasan tersebut.
Amerika Serikat sangat memperhitungkan kehadiran China dalam tatanan dunia global baik secara ekonomi maupun militer. Pertumbuhan ekonomi China yang terus beranjak naik dan devisa negaranya yang semakin menguat mengakibatkan China meningkatkan anggaran militernya dan semakin memperkuat pertahanan militernya. Hal ini tentu menarik perhatian Amerika Serikat.
Sebagai bentuk reaksi dari Amerika Serikat terhadap fenomena yang terjadi tersebut, maka Amerika Serikat berupaya hadir kembali dan memperkuat pengaruh serta eksistensinya di kawasan Asia dan Asia Pasifik.[3] Hingga akhirnya pada November 2011, Presiden Barack Obama secara resmi melakukan penggelaran pasukan militer Amerika Serikat di Darwin, wilayah Australia bagian utara. (VOA Indonesia, 13 Mei 2012)
Presiden Barack Obama melakukan penggelaran pasukan militernya pada bulan November 2011 di Darwin dengan menempatkan 2.500 marinir dan 25.000 pasukan militernya. Presiden Barack Obama dengan Perdana Menteri Australia, Julia Gilard, berupaya memperkuat kehadiran militer Amerika Serikat di Asia Pasifik dengan mengoperasilan ribuan mariner Amerika Serikat di luar satu pangkalan militer defakto di Pelabuhan Darwin. (Antara News, 16 November 2011)
Penempatan pasukan militer Amerika Serikat di Darwin, Australia tidak dapat hanya dilihat dari sisi Amerika Serikat dan Australia semata. Lebih dari itu kehadiran militer Amerika Serikat di Australia tersebut turut juga mempengaruhi dinamika keamanan di Asia pula. Terlebih dengan reaksi dari China yang kurang sepakat dengan penempatan pasukan militer Amerika Serikat tersebut di Darwin tanpa dibicarakan terlebih dahulu di dalam komunitas internasional.
Penempatan pasukan militer Amerika Serikat di Darwin pada awalnya menimbulkan pro dan kontra dari negara-negara anggota ASEAN yang posisinya relatif dekat dengan Australia. Pada awalnya beberapa negara anggota ASEAN pun mempertanyakan penempatan pasukan militer Amerika Serikat tersebut. Namun, setelah dilakukan dialog antara pihak Amerika Serikat dan negara-negara anggota ASEAN, maka negara-negara anggota ASEAN pun menerima kehadiran pasukan militer Amerika Serikat di Darwin.
Negara-negara anggota ASEAN tersebut menerima kehadiran pasukan militer Amerika Serikat di Darwin karena alasan-alasan yang dikemukakan oleh pihak Amerika Serikat atas penggelaran pasukannya tersebut. Alasan-alasan yang kerap kali disampaikan oleh Amerika Serikat antara lain 1) Pasukan Amerika Serikat akan bereaksi lebih cepat terhadap masalah-masalah kemanusiaan dan keamanan di Asia Tenggara, 2) Pasukan Amerika Serikat dapat melakukan tindakan yang cepat jika ketegangan di Laut China Selatan meningkat, bahkan Presiden Barack Obama mengutarakan wacana keamanan maritime di Laut China Selatan dalam agenda KTT ASEAN di Bali.[4] (Antara News, 16 November 2011)
Dengan melihat dinamika yang terjadi tersebut tentu kehadiran pasukan militer Amerika Serikat akan menjadi faktor baru yang akan dipertimbangkan dalam dinamika-dinamika yang terjadi di Asia Pasifik. Oleh karena itu, penulisan studi kasus mengenai penempatan pasukan militer Amerika Serikat di Darwin Australia menjadi menarik dan penting karena dampak yang ditimbulkan dapat mempengaruhi dinamika di kawasan Asia dan Asia Pasifik.

2.      Rumusan Permasalahan
Presiden Barack Obama telah melakuka penggelaran pasukan militernya di Darwin dan akan terus ditingkatkan pada tahun 2012 ini. Kerjasama pertahanan yang dijalin antara Amerika Serikat dan Australia semakin ditingkatkan dan diperkuat. Amerika Serikat benar-benar akan memberikan fokus dan perhatian lebih di kawasan Asia Pasifik.
Fokus dan perhatian tersebut terlihat jelas dalam pernyataan Presiden Barack Obama, “Sebagai Negara dengan perekonomian terbesar di dunia AS ingin tetap mempertahankan dan memperkuat kehadiran serta perannya dalam mengembangkan kawasan ini. Jangan pernah ada keraguan lagi di abad ke-21 ini di Asia Pasifik, Amerika Serikat akan ada di dalamnya.” (BBC Indonesia, 17 November 2011)
Presiden Barack Obama pada tanggal 5 Januari 2012 pun mengungkapkan kebijakan terbaru pertahanan Amerika Serikat. Kebijakan bari ini akan merampingkan postur kekuatan militer Amerika Serikat demi efisiensi anggaran, peningkatan penggunaan teknologi tinggi dan pergeseran fokus pengerahan militer ke Asia Pasifik. (Harian Jogja, 6 Januari 2012)
Dari pernyataan-pernyataan kenegaraan tersebut jelas terlihat bahwa Amerika Serikat sangat serius untuk hadir kembali di kawasan Asia Pasifik. Kehadiran dan kepentingan Amerika Serikat di kawasan Asia Pasifik yang diejawantahkan dengan penggelaran pasukan militernya di Darwin menjadi perhatian dan fokus penelitian penulis. Sehingga penulis berupaya membedah dan menganalisa Apa kepentingan Amerika Serikat dalam penggelaran pasukan militernya di Darwin, Australia sejak November 2011?

3.      Tinjauan Pustaka
Beberapa sumber yang menjadi rujukan tinjauan pustaka dalam penelitian ini adalah:
1)      Darwin’s Importance to US Asia-Pacific Strategy yang ditulis oleh Sergei DeSilva-Ranasinghe, seorang analis senior dari Futire Directions International. Jurnal ilmiah ini diterbitkan oleh Independent Strategic Analysis of Australia’s Global Interest di West Perth Australia pada tanggal 12 April 2012.
Jurnal ini membahas mengenai pentingnya Darwin dalam Strategi kebijakan Amerika Serikat dan Asia Pasifik. Di mana, Amerika Serikat dan Australia telah menjalin kerjasama pertahanan dan kian meningkatkan kerjasama tersebut dengan melakukan penggelaran pasukan Amerika Serikat di Darwin serta melakukan latihan militer bersama dengan Australia dan Militer negara-negara Asia Tenggara. Lokasi Darwin yang strategis juga mempermudah pasukan Amerika Serikat untuk melakukan pendampingan kemanusiaan (humanitarian assistance), dan bantuan operasi ketika terjadi bencana alam. Darwin juga menjadi focal point untuk kegiatan pendampingan peningkatan kapasitas militer Australia yang dilakukan oleh Amerika Serikat.
2)      Kebijakan Luar Negeri dan Keamanan Amerika Serikat, Pemindahan Pangkalan Militer AS ke Australia: Soft Balancing ke Hard Balancing terhadap China? Yang ditulis oleh Sandi Tawakal Anugrah Putra/Ilmu Hubungan Internasional, FISIP Univ. Indonesia pada tahun 2012.
Dalam tulisannya, dijelaskan mengenai mengapa kebijakan penempatan pangkalan militer di Australia dilakukan di tengah tren kebijakan penurunan pengeluaran anggaran militer dan program pemulihan ekonomi yang dilakukan oleh Pemerintahan Obama. Kebijakan Amerika Serikat ini dianggap sebagai upaya hard balancing yang dilakukan sebagai respon kehadiran dan bangkitnya militer China di kawasan Asia. Hal ini merupakan pergeseran kebijakan Amerika Serikat yang bersifat soft balancing ke arah hard balancing karena peningkatan militer China yang bersifat defensive mengarah kepada pertahanan offensive.
Perbedaan dari penelitian ini dengan beberapa rujukan di atas adalah dalam penelitian ini penulis akan memfokuskan pada kepentingan-kepentingan Amerika Serikat yang menjadi dasar dari kebijakan penggelaran pasukannya di Darwin, Australia. Penulis akan membedah dan menganalisa kepentingan Amerika Serikat tersebut baik dari segi ekonomi, politik, dan militer atas kehadirannya di kawasan Asia Pasifik tersebut.

4.      Kerangka Teori
a.      Definisi Konseptual
1)      Interest
Morgenthau argued that interest was at the heart of all politics and thus on the international stage it behooved each state to pursue its national interest, generally defined as power. (J. Peter Pham, 2008: 258)
Menurut Morgenthau interest merupakan jantung dari politik internasional, setiap negara pasti akan melakukan tindakan berdasarkan dorongan national interest-nya, di mana national interest secara umum didefinisikan sebagai power. Power ini sendiri pun bisa berupa power ekonomi, militer, politik, ideologi dan kebudayaan.
Hans J. Morgenthau stated, in American national interest, every political action is seen as directed toward keeping, increasing, or demonstrating power. The objective are 1) to maintenance of the objective the maintenance of the existing balance of power, 2) seeks to acquire more power, 3) seeks to show off strength in order to keep or expand power. (J. Peter Pham, 2008: 258)
Hans J. Morgenthau pun mengemukakan bahwa dalam national interest Amerika, setiap tindakan politik yang dilakukan adalah bertujuan untuk menjaga, meningkatkan dan mendemonstrasikan power-nya. Tujuannya adalah untuk 1) untuk menjaga kondisi balance of power yang ada, 2) mencari power yang lebih besar lagi, dan 3) untuk menunjukkan power-nya guna menjaga ataupun meningkatkan power-nya.
Sehingga kebijakan pemerintah Amerika Serikat dalam tindakannya melakukan penggelaran pasukan militer di Darwin, Australia dapat kita pahami sebagai upayanya mengejar dan mempertahankan power-nya dan melakukan balance of power terhadap China di kawasan Asia Pasifik seperti yang dikemukakan oleh Hans J. Morgenthau tersebut.
2)      Military Deployment
Military deployment is the movement of armed forces and their logistical support infrastructure around the world. Jadi, penggelaran pasukan merupakan penempatan pasukan militer beserta kebutuhan-kebutuhan logistik dan infrastruktur militernya di suatu wilayah yang telah ditetapkan. Penggelaran pasukan ini merupakan salah satu strategi militer di mana strategi ini dilakukan oleh organisasi militer untuk mengejar sasaran-sasaran strategis yang diinginkan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Carl von Clausewitz, bahwa strategi militer ini merupakan salah satu cara untuk meraih kesinambungan politik dengan cara militer.
Hal inilah yang dilakukan oleh Amerika Serikat saat ini di Darwin, Australia. Presiden Barack Obama menempatkan 2500 marinirnya beserta 25.000 pasukan militernya di Darwin   sejak November 2011 dan akan terus meningkat pada tahun  2012. Penggelaran pasukan tersebut akan pula disertai dengan latihan militer bersama dengan Australia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Hal ini tentu merupakan salah satu strategi militer Amerika Serikat dalam menanggapi dan memberikan reaksi terhadap kebangkitan China di Asia, terlebih lagi China telah meningkatkan strategi pertahanan militernya dari defensive menjadi offensive.
3)      Balance of Power
Balance of Power atau perimbangan kekuasaan di dalam terminologi hubungan internasional merupakan suatu sistem di mana satu negara melakukan upaya peningkatan kekuatan menyebabkan negara lain pun turut melakukan upaya peningkatan kekuatan, baik dengan kekuatan sendiri atau pun bergabung dengan kekuatan negara lain dengan membentuk aliansi. (Hartman, 16 Maret 2009)
Teori Balance of Power ini pun mengemukakan bahwa eksistensi suatu negara dengan kekuatannya yang melebihi kekutan negara-negara lain akan menjadi ancaman di dalam sistem tersebut. Sehingga satu cara yang efektif untuk mengatasi ancaman tersebut adalah dengan membangun kekuatan yang dapat menandingi kekuatan besar tersebut. Pembangunan kekuatan itu pun merupakan satu cara yang efektif untuk melakukan kontrol terhadap penggunaan kekuatan negara yang memiliki power besar tersebut.
Dengan demikian, teori balance of power dapat dimaknai sebagai distribusi kapabilitas kekuatan antara negara-negara dalam suatu sistem. Teori balance of power ini percaya bahwa ketika suatu negara berupaya meningkatkan kapabilitas kekuatannya dan menggunakan kekuatan tersebut secara agresif, maka negara-negara yang merasa terancam akan turut pula melakukan peningkatan kekuatannya sebagai wujud perimbangan baik dilakukan dengan meningkatkan kapabilitas kekuatannya sendiri atau pun dengan melakukan counter balancing dengan menyatukan kekuatan dari beberapa negara dalam satu aliansi.
Dalam kaitannya dengan tindakan penggelaran pasukan Amerika Serikat di Darwin, Australia tindakan balancing yang dilakukan oleh Amerika Serikat terhadap China lebih cenderung kepada bentuk hard balancing. Menurut T.V. Paul hard balancing merupakan strategi yang sering diperlihatkan oleh negara-negara yang terlibat dalam persaingan intens antar negara. Negara kemudian mengadopsi strategi untuk membangun dan memperbarui kemampuan militer mereka serta menciptakan dan memelihara aliansi formal dan counteralliances untuk menandingi kemampuan lawan utama mereka. (T.V Paul, 2004: 3)
b.      Operasionalisasi Konsep
Pemerintah Amerika Serikat melakukan penggelaran pasukan militernya di Darwin, Australia sejak bulan November 2011 sebagai salah satu kebijakan dan strategi militernya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Carl von Clausewitz, strategi militer yang dilakukan oleh Amerika Serikat ini merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh Amerika Serikat untk meraih kesinambungan politik di kawasan Asia Pasifik dengan cara militer sebagai upayanya mem-balancing kehadiran dan kebangkitan China di Asia.
Kebijakan dan strategi penggelaran pasukan militer Amerika Serikat tersebut tentu berdasarkan atas national interest-nya yang kemudian national interest tesebut akan diejawantahkan dalam bentuk power, baik power ekonomi, politik maupun militer. Hal ini dilakukan sebagai reaksi dan tanggapan Amerika Serikat atas kehadiran dan kebangkitan China sebagai new emerging powers di Asia.
Sehingga tindakan penggelaran pasukan di Darwin dapat pula diartikan sebagai upaya Amerika Serikat melakukan balance of power terhadap China terutama dengan metode hard balancing. Tindakan balancing Amerika tersebut terlihat dengan kebijakan-kebijakan dan pernyataan-pernyataan kenegaraan yang dilakukan oleh Presiden Barack Obama dan Wakil Menteri Pertahanan Amerika Serikat bidang pertahanan, Michele Floumoy, terkait dengan kebijakan penggelaran pasukannya di Darwin, Australia.

5.      Hipotesis dan Asumsi
a.      Hipotesis
Yang menjadi dasar dari kebijakan penggelaran pasukan militer Amerika Serikat di Darwin, Australia adalah untuk memenuhi national interest-nya. Di mana Amerika Serikat terus berupaya untuk menjaga dan mempertahankan power dan pengaruhnya di kawasan Asia Pasifik, untuk menghimpun dan meningkatkan power-nya, serta mempertahankan kondisi balance of power di kawasan Asia Pasifik karena Amerika Serikat tidak menghendaki kebangkitan China sebagai new emerging power muncul sebagai hegemon tunggal di kawasan Asia Pasifik.
b.      Asumsi
Dengan kehadiran Amerika Serikat di kawasan Asia Pasifik yang diejawantahkan dalam tindakan penggelaran pasukan militer Amerika Serikat di Darwin Australia, dapat menjadi balance of power dan kontrol atas kehadiran China yang semakin maju dan semakin kuat baik secara ekonomi maupun militer. Kehadiran Amerika Serikat ini akan membendung dan membatasi China dalam kegiatannya untuk mendominasi kawasan Asia Pasifik. Dengan demikian, Amerika Serikat pun dapat dengan leluasan menghimpun power dan menancapkan pengaruhnya di kawasan Asia Pasifik.
6.      Model Analisis
  
Text Box: Kepentingan Amerika Serikat Dalam Penggelaran Pasukan Militernya Di Darwin, Australia (2011)



Text Box: Kebijakan Amerika Serikat untuk melakukan penggelaran pasukan di Darwin, Australia dicanangkan sejak November 2011 dan terus berlanjut hingga tahun 2012 ini. Presiden Barack Obama sendiri secara tegas memberikan pernyataan kenegaraannya mengenai pengalihan fokus Amerika Serikat di Kawasan Asia Pasifik. Maka, dalam penelitian ini penulis mencoba membedah dan menganalisa mengenai Apa kepentingan Amerika Serikat dalam penggelaran pasukan militernya di Darwin, Australia sejak November 2011?


Text Box: Kebijakan penggelaran pasukan militer Amerika Serikat di Darwin merupakan salah satu strategi militer Amerika Serikat yang tetap berlandaskan pada national interest-nya. Di mana national interest yang hendak dicapai oleh Amerika Serikat adalah power dan melakukan balancing terhadap kehadiran dan kebangkitan China khususnya dengan menggunakan metode hard balancing. Tujuannya adalah untuk meraih kesinambungan politik di kawasan Asia Pasifik dan mencegah hegemoni tunggal China di kawasan Asia dan Asia Pasifik.
Text Box: Interest: merupakan jantung dari politik internasional, setiap negara akan bertindak berdasarkan national interest-nya, di mana national interest didefinisikan secara general sebagai power.
Military deployment/Penggelaran pasukan: yaitu penempatan pasukan militer beserta kebutuhan-kebutuhan logistik dan infrastruktur militernya di suatu wilayah yang telah ditetapkan. Penggelaran pasukan merupakan salah satu strategi militer untuk mengejar sasaran-sasaran strategis yang diinginkan dan meraih kesinambungan politik secara militer.
Hard balancing (yang merupakan bagian dari teori Balance of Power): adalah strategi yang sering diperlihatkan oleh negara-negara yang terlibat dalam persaingan intens antar negara. Negara kemudian mengadopsi strategi untuk membangun dan memperbarui kemampuan militer mereka serta menciptakan dan memelihara aliansi formal dan counteralliances untuk menandingi kemampuan lawan utama mereka.








7.      Metode Penelitian
a.      Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif di mana penelitian ini menggunakan pola penggambaran keadaan fakta empiris disertai argumen yang relevan. Dari gambaran fakta dan argument tersebut kemudian dianalisa untuk ditarik sebuah kesimpulan. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai fenomena yang sedang diteliti oleh penulis.
Dalam penelitian ini penulis mencoba memberikan deskripsi mengenai kebijakan pemerintah Amerika Serikat dalam tindakan penggelaran pasukan militernya di Asia Pasifik. Dengan melihat fenomena yang ada tersebut disertai dengan dukungan argument-argumen yang relevan penulis mencoba menganalisa hingga akhirnya menarik kesimpulan mengenai kepentingan Amerika Serikat dibalik kebijkaan penggelaran pasukan militernya di Darwin, Australia.
b.      Bentuk Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan di mana para penulis melakukan penelitian terhadap objek yang dikaji dengan melalui penelitian terhadap bahan-bahan pustaka yaitu dokumen, buku, jurnal ilmiah, laporan penelitian, majalah, koran dan sumber-sumber lainnya dari internet.
Oleh karena itu penulis melakukan penghimpunan data-data dan sumber informasi yang berkaitan dengan kebijkan Pemerintah Amerika Serikat dalam penggelaran pasukan militernya di Darwin, Australia, latar belakang dan kepentingan-kepentingan yang dibawa oleh Amerika Serikat dalam kebijakannya tersebut, serta sumber-sumber yang menyediakan rumusan-rumusan teori dan konsep yang relevan untuk digunakan menganalisa fenomena tersebut.

c.       Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, para penulis mengumpulkan data-data yang dibutuhkan untuk menyusun penelitian dengan melakukan teknik dokumnentasi/kepustakaan yang berarti para penulis mencari sumber-sumber dan mengkaji sumber-sumber informasi tersebut untuk kemudiah dibedah dan dianalisa dalam penelitian ini.
d.      Metode Analisis
Dalam melakukan analisis data dan sumber-sumber informasi dari bahan rujukan untuk penelitian ini, penulis menggunakan metode analisa deskriptif-kualitatif.

8.      Sistematika Penulisan
BAB I      PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang Masalah
2.      Perumusan Masalah
3.      Tinjauan Pustaka
4.      Kerangka Teori
5.      Hipotesis dan Asumsi
6.      Model Analisis
7.      Metode Penelitian
8.      Sistematika Penulisan
BAB II    OBYEK YANG DITELITI
1.      Penggelaran Pasukan Militer Amerika Serikat di Darwin, Australia
BAB III   ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1.      National Interest Amerika Serikat
a.       Bidang Ekonomi
b.      Bidang Politik
c.       Bidang Militer
2.      Balance of Power Amerika Terhadap China
BAB IV   PENUTUP
1.      Kesimpulan
2.      Rekomendasi


DAFTAR PUSTAKA

Buku
Asri, Muhammad Fauzi. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bergabungnya Amerika Serikat Dalam Trans Pacific Partnership (TPP) Pada Tahun 2009. (Jakarta: 2011)
Australian Goverment Departement of Defence, Defence white paper 2009:defending Australia in the Asia Pacific Century: force 2030. Departement of the prime minister and cabinet (Canberra, 2009)
Burchil, Scott. Andrew Linklater. Theories of International Relations. (New York: Palgrave Mcmillan, 2005)
Dougherty, James E. Pfaltzgraff, Robert L. Contending Theories of International Relations ( A Comprehenship Survey) fourth edition. (New York: Longman, 1996)
Papp, Daniel S. Contemporary International Relations (frameworks for understanding). (Boston: Macmillan Publishing Company, 1997)
Paul T. V, Introduction The Enduring Axioms of Balance of Power Theory and The Contemporary Relevance,dalam T. V. Paul et al (eds), Balance of Power. (California : Stanford University Press,2004)
Pham, J. Peter. What is in The National Interest? Hans Morgenthau’s Realist Vision and American Fereign Policy. (New York: NCAFP, 2008)
Scott, Burchil. National Interest in International Relations Theory. (Houndmills: Palgrave Macmillan, 2005)

Jurnal dan Paper
Department of Defense. Military Personnel Strengths by Regional Area and by Country. (United States: 2012).
US Department of Defense. Joint Publication, Dictionary of Military and Associated Terms. (United States: 2007)
Wulandari, Siti. Menilik kepentingan Amerika Serikat Di Balik Kehadirannya (lagi) di Kawasan Asia Pasifik. (Jakarta: 2011)

Websites
AS Tingkatkan Kehadiran Militer di Australia http://www.analisadaily.com/news/read/2011/11/17/22101/as_tingkatkan_kehadiran_militer_di_australia/#.T6_sEugti2Y .  Di akses pada 22 Februari 2012 pukul 19.32 WIB.
BBC Indonesia. “Obama: Asia-Pasifik Masa Depan Dunia.” 17 November 2011. http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2011/11/111117_obamapacific.shtml. Di akses pada 15 Januari 2012 pukul 20.10 WIB.
David Nakamura. The Washington Post: “A Determined Obama in Asia-Pasific Tour.” 19 November 2011. http://www.washingtonpost.com/world/asia_pacific/in-asia-pacific-a-determined-obama/2011/11/19/gIQA3U4TbN_story_1.html. Di akses pada 16 Januari 2012 pukul 00.10 WIB.
Hardy, James. Analysis: US’ Asia-Pasific Strategy Provokes Mixed Responses from China. 13 Januari 2012. http://www.janes.com/products/janes/defence-security-report.aspx?ID=1065932124 . Diakses pada 16 Januari 2012 pukul 00.15 WIB.
Hartman. “Balance of Power in International Relations”. 16 Maret 2009. http://www.legalserviceindia.com/article/l326-Balance-of-Power-in-International-Relations.html. Di akses pada 1 Mei 2012 pukul 22.00 WIB.
http://news.detik.com/read/2011/11/19/191342/1771113/10/penambahan-pasukan-as-di-australia-untuk-tanggap-darurat-bencana-alam?9911012. Di aksess pada 1 Mei 2012 pukul 20.37 WIB.
http://www.pelitaonline.com/read-cetak/7737/mulai-2012-ribuan-pasukan-as-beroperasi-di-pearl-harbour-australia/. Di akses pada 20 Februari 2012 pukul 18.58 WIB.
KTT ASEAN 2011 Hasilkan Bali Concord III http://www.analisadaily.com/news/read/2011/11/18/22258/ktt_asean_2011_hasilkan_bali_concord_iii/#.T7BZlugti2Y. Di akses pada 20 Februari 2012 pukul 18.56 WIB.
Mulai 2012, Ribuan Pasukan AS Beroperasi di “Pearl Harbour” Australia
Obama Rampingkan Postur MIliter AS http://www.harianjogja.com/2012/channel/internasional/obama-rampingkan-postur-militer-as-154692 Di akses pada 30 April 2012 Pukul 20.35 WIB
Obama tingkatkan kehadiran militer AS di Australia. http://www.antaranews.com/berita/1321449926/obama-tingkatkan-kehadiran-militer-as-di-australia. Di Akses pada 30 April 2012 Pukul 20.30 WIB
Penambahan Pasukan AS di Australia untuk Tanggap Darurat Bencana Alam
Sari, Deasy Silvya. Kebangkitan China Menurut Realis. 23 Desember 2009. http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=1101&type=4. Di akses pada 15 Januari 2012 pukul 20.00 WIB.
VOA news, Wakil Menhan AS: Penggelaran Pasukan di Australia Bukan untuk Hadapi Tiongkok. http://www.voaindonesia.com/content/wakil-menhan-as-penggelaran-pasukan-di-australia-bukan-untuk-hadapi-tiongkok-135282153/101802.html. Di akses pada 13 Mei 2012 pukul 14.35 WIB.



[1]   Sejak 1 September 1951, dibangun pakta pertahanan Asia Pasifik antara Australia, New Zealand dan Amerika Serikat yang dikenal dengan nama ANZUS (Australia, New Zealand, United States Security Treaty). Dalam kerjasama pertahanannya tersebut, terjalin kerjasama bilatertal di bidang pertahanan yang lebih erat antara Astralia dan Amerika Serikat, di mana Australia akan selalu mendukung kebijakan pertahanan Amerika Serikat di kawasan Asia Pasifik. Sehingga, Amerika Serikat memiliki akses untuk melakukan latihan militer di wilayah perairan Pasifik.
[2]   Benua Asia merupakan kawasan yang potensial karena memiliki sumber daya alam, sumber daya manusia, tingkat populasi yang tinggi sebagai pasar yang potensial merupakan salah satu perhatian Amerika Serikat. Terlebih lagi dengan kemunculan-kemunculan new emerging powers di Benua Asia seperti India dan China, menjadikan benua ini semakin menarik perhatian Amerika Serikat.
[3] Amerika Serikat mulai memperkuat pengaruhnya di kawasan Asia dengan membangun dan mengaktifkan kembali pangkalan-pengkalan militernya di Filipina, Singapura, Thailand, Jepang dan Korea Selatan.
[4]   KTT ASEAN XIX ini dilaksanakan di Bali, Indonesia pada tanggal 17-19 November 2011. KTT ASEAN ini tidak hanya dihadiri oleh negara-negara anggota ASEAN saja tetapi juga negara-negara anggota ASEAN+3, ASEAN+3+3 serta Amerika Serikat dan Rusia.


Happy reading and enjoy it :)

No comments

your comment awaiting moderation