Wonderful Life: Semua Anak Terlahir Sempurna

Sudah lama novel ini bertengger di lemari buku lengkap dengan plastik pembungkusnya, ah terlalu lama memang aku hiatus untuk menjelajah dunia lain, melalui deretan kata dan cerita dari tumpukan novel yang sudah ku buru sejak lama. 

Wonderful Life

Ku buka sampul plastik pelindung novel Wonderful Life dan menyusuri deretan cerita yang dibangun oleh Kiki Raihan. First impression membaca novel ini, ahhh sepertinya ceritanya kelam penuh dengan hiruk pikuk drama rumah tangga, sungguh aku muak dengan cerita-cerita drama rumah tangga dan perselingkungan, yang ramai menjadi perbincangan netizen karena drama-drama korea dan sinetron Indonesia, sampai-sampai cap pelakor menjadi tren. Satu lagi impresi yang ku dapat, aku kira novel ini novel Islami, karena penggunaan panggilan Umi kepada Amalia, Ibunda Aqil.

Ah ternyata first impression itu tidak sepenuhnya benar hehe. Pertama, cerita utama dalam novel ini bukanlah menceritakan drama rumah tangga perpelakoran, tapi perdebatan kondisi mental dan kecerdasan Aqil hingga menuai perdebatan antara Umi Aqil, suaminya dan Bapaknya Umi yang memiliki watak keras serta menuntut anak-anak dan cucunya berprestasi gemilang secara akademik, mengikuti jejaknya sebagai dokter.

Drama-drama itulah yang memicu perpisahan antara Uminya Aqil dan suaminya. Sedih ya, jujur dalam cerita yang seperti ini jadi berpikir, urusan rumah tangga dan pernikahan memang bukanlah urusan remeh temeh sekadar dua orang yang saling suka dan cinta menikah dan duduk di kursi pelaminan. Sebelumnya pun aku sempat sedikit menuliskan tentang pandanganku tentang pernikahan, menyelaraskan dua kepribadian dengan ego dan pikirannya masing-masing tentu menjadi hal yang harus dilakukan sejak awal, sebelum melangkah ke bahtera rumah tangga.

Dan ternyata, novel ini pun bukan novel Islami. Panggilan Umi hanya sekadar panggilan untuk ibunda Aqil. Tidak ada isu-isu yang menyinggung keislaman atau pun unsur SARA.

Awalnya, Umi masih denial dengan kondisi Aqil yang sangat tertinggal secara kecerdasan kognitif, terlambat membaca-menulis, kata-kata yang dituliskan pun masih layaknya puzzle dengan letak huruf vokal dan konsonan yang masih acak-acakkan. Di tengah kesibukannya sebagai seorang wanita karir, Umi mengambil keputusan untuk membawa Aqil ke orang-orang pintar di Jawa Tengah. Satu demi satu orang pintar yang Ia datangi memberikan wejangan kesehatan semata, Aqil kurang tidur, kurang teratur makannya dan diminta untuk lebih aktif bergerak. Jelas saja, Umi menolak wejangan-wejangan tersebut yang dirasa tidak sesuai dengan ekspektasinya.

Hingga akhirnya Ia bersusah payah ke pulau terpencil, ke tempat dukun yang dipercaya punya kesaktian. Yang nyatanya, sepertinya dia seorang dukun mesum dan tukang santet, huft! Tentu saja, Amalia lari tunggang langgang meninggalkan tempat itu, dan segera menyeberang pulau lagi. Selama perjalanan pulang, dan melihat keceriaan Aqil menikmati pemandangan alam dan menggambarkan berbagai macam tumbuhan, hewan, gunung, danau, pasar dan pemandangan lainnya yang Ia temui selama perjalanan, Amalia akhirnya menyadari dan mengakui bahwa Aqil baik-baik saja, dan menerima wejangan yang silih berganti, semua anak terlahir sempurna.

Terimakasih untuk program Lenong Buku Klub Blogger dan Buku BPJ - Kubbu BPJ yang sudah memantik kembali api penjelajahan imajinasi dalam ruang-ruang cerita yang sudah lama padam, hehe. Nantikan review buku-buku selanjutnya ya!





19 comments

  1. Seru ya film keluarga dengan cerita seputar ibu dan anak, pasti ada yg bikin mewek. Tapi kok ada dukunnya, menarik juga nih masih percaya hal magis

    ReplyDelete
  2. Loohh saya penasaraan gimana selanjutnyaa.. bagaimana akhirnya ibunya menjawab pertanyaan sebelumnya.. apakah Aqil mengidap penyakit tertentu? Gimana akhirnya Uminya dan bapaknya bisa berdamai..jadi penasaran mau bacaa

    ReplyDelete
  3. Wah, baru dibaca novelnya sekarang, Mbak? Padahal ini sudah diangkat ke layar lebar. Dan saya sudah nonton filmnya.
    Filmnya bagus, menunjukkan bahwa setiap anak terlahir sempurna. Dan bagaimana seorang Ibu berjuang mencarikan solusi bagi anaknya. Salah satu adegan seru, saat mama dan Aqil ke "orang pintar" hehehe.

    ReplyDelete
  4. Orangtua emang kadang memaksakan keinginannya. Akibat keinginan yg tdk terkabul/terpenuhi, akhirnya melampiaskan ke anak. Bisa aja sih umi/ayahnya ini pgn jd dokter. Lantas ga terpenuhi, maksa Aqil buat jadi dokter. AKhirnya tertekan.

    Ceritanya mirip ama keseharian masyarakat kita. Seluk beluk kehidupan rumah tangga. Termasuk yg ga percaya ke psikolog, lebih baik ke orang pintar hingga dukun. Nah, ini org Indonesia banget sih.

    Menarik banget ceritanya.

    ReplyDelete
  5. Menarik sekali novelnya, terutama proses "memahami" yang terjadi saat dan setelah berad di pulau demii menemui dukun untuk pengobatan.
    Saya jadi pengen baca juga.

    ReplyDelete
  6. Menarik sekali bukunya. Sebenarnya terkadang tuntutan dari luar yang lebih menekan peran seorang ibu, sehingga membuat ibu atau orangtua mengikuti tuntutan tersebut sekuat tenaga. Pada akhirnya kita menyadari anak-anaks elalu dilahirkan istimewa.

    ReplyDelete
  7. Emang sih tiap orang tua ingin anaknya berprestasi akademis bla bla. Padahal tiap anak itu unik, kadang ada non akademisnya yang lebih menonjol. Tentu saja, tiap anak memang terlahir sempurna dengan masing2 keunikannya.

    ReplyDelete
  8. MasyaAllah bener banget kak. Kalau aja semua orangtua menyadari bahwa setiap anak punya karakter dan cirikhas masing-masing, hingga kesukaannya masing-masing, kesempurnaannya masing2 yah

    ReplyDelete
  9. Endingnya jadi membuat penasaran, terutama buat membaca lengkap si Umi dan kisah si Aqil.
    Pasti banyak pesan moral yang baik ya buat para pembacanya

    ReplyDelete
  10. Wah, baca cuplikannya bikin penasaran. Seingatku novel ini pernah deh diangkat ke film. Cmiiw. Cuma aku blm nonton ataupun baca sih. Nanti coba cari tahu ah

    ReplyDelete
  11. Aku jadi memetik satu hal penting mengenai Novel Wonderful Life ini.
    Bahwa yang namanya orangtua pasti memperjuangkan yang terbaik untuk anaknya. Ada masa-masa mereka (para orangtua) denial dengan apa yang terjadi dengan sang anak.
    Dan ini membutuhkan waktu untuk kembali menyadarkan bahwa anak yang kita lahirkan adalah anak yang istimewa.

    ReplyDelete
  12. pasti gak gampang ya kak kalau jadi mereka. makanya dari sekarang kayaknya kita juga harus belajar ikhlas dari sekarang kalau suatu saat hal itu terjadi sama kita. karena kalau gak ikhlas, pasti lebih berat banget jalaninnya.

    ReplyDelete
  13. kayaknya bukunya seru dan asyik nih dibaca.
    Ibu emang biasa denial ya dengan keadaan anak apalagi di luar ekspektasinya.
    tapi syukurlah ya pada akhirnya Ibunya sadar bahwa anaknya baik-baik saja, anaknya hanya kurang piknik aja kali karena Ibunya yang sibuk dan masalah-masalah yang silih berganti.

    ReplyDelete
  14. Aku pernah nonton film-nya dan aku nangis
    Ternyata aku masih banyak kekurangan dalam menemani anak-anak

    ReplyDelete
  15. Setuju semua anak terlahir sempurna, walau ada yg spesial namun itu adalah orang pilihan Tuhan

    ReplyDelete
  16. Tiap anak itu spesial. Karena Mereka pasti punya kelebihan sendiri.

    ReplyDelete
  17. meman, pastinya tiap anak itu spesial, ga ada yang spesial. Penting untuk sayang anak juga yaaa

    ReplyDelete
  18. Emang butuh orang tuanyang paham kondisi anak dan nerima mereka 100% just as they are. Tiap anak memang sempurna dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Each are special :)

    ReplyDelete
  19. Betul ya, setiap anak tumbuh dengan karakternya sendiri. Suka risih kalau masih ada ortu yg ngebandingin satu anak dg anak yg lain :')

    ReplyDelete

your comment awaiting moderation