Lika-Liku Peran Dokter Mengatasi Penyakit Kusta di Tengah Pandemi Covid-19

Tak terasa pandemi Covid-19 telah menghantui Indonesia selama hampir dua tahun. Berbagai macam cerita pelik sudah banyak kita dengar karena serangan virus corona ini, baik dari teman, rekan kerja, tetangga, saudara maupun dari berita-berita yang beredar. Risiko kematian, risiko penularan, terhambatnya rantai ekonomi masyarakat kelas bawah, meraung-raungnya keinginan sekolah tatap muka, munculnya ego-ego untuk me-time, jalan-jalan, liburan, tersebarnya hoaks vaksin, oknum mafia kesehatan, mafia bansos dan lain sebagainya menjadi cerita-cerita yang berkelindan di sosial media sehari-hari.

Tuntutan Memakai Masker di Ruang Publik Pada Masa Pandemi

Rasio Dokter di Indonesia Rendah di Bawah Acuan WHO!

Tapi ternyata, salah satu masalah mendasar yang muncul selama pandemi masih terabaikan dari penglihatan kita! Masalah ketersediaan tenaga medis! Taukah kamu, kalau rasio tenaga dokter di Indonesia masih jauh dari acuan dari WHO? Menurut dr. Adriansyah, selaku pengurus IDI, rasio dokter di Indonesia di titik 0,4 per 1000  penduduk. Artinya hanya ada 4 dokter untuk melayani 10.000 penduduk! Rasio yang rendah ini terjadi di Indonesia juga dikarenakan oleh panjangnya masa pendidikan dan upaya meraih gelar profesi melalui proses koas, internship dan peraihan gelar profesi sebagai dokter.

Pun terdapat kurang lebih sejumlah 2000 tenaga medis gugur di medan pertempuran Covid-19. Fenomena yang ngeri juga bukan di tengah kondisi lonjakan kasus Covid-19 yang fluktuatif setiap harinya! Belum lagi, para tenaga kesehatan tidak hanya bertugas menangani Covid-19, masih banyak penyakit-penyakit lainnya yang harus menjadi perhatian dan penanganan para dokter. Mulai dari penyakit kronis, insiden-insiden kecelakaan, persalinan, penyakit endemik juga penyakit tropis seperti kusta yang bercokol di beberapa wilayah endemi kusta di Indonesia.

Karena pandemi Covid-19 yang menyerang Indonesia ini, banyak kebutuhan kesehatan yang turut terdampak, salah satunya ya pelayanan dan penanganan pasien-pasien kusta. Selama kurun waktu penanganan pandemi, para pasien kusta terpaksa mengalami putus obat dan tidak mendapatkan pelayanan tenaga medis. Pun, temuan kasus baru kusta menurun karena aktivitas pelacakan kasus kusta pun menjadi terbatas. Dampak lainnya yang ditemukan yakni angka keparahan dan kecatatan akibat kusta pun menjadi meningkat selama pandemi.

Dalam momen perayaan Hari Dokter Nasional, Ruang Publik KBR menyelenggarakan sesi talkshow bersama dengan NLR Indonesia dan perwakilan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) untuk membahas lika-liku peran dokter di tengah pandemi khususnya yang berkaitan dengan penyakit endemis kusta di Indonesia yang disiarkan langsung di 100 radio jaringan KBR dan 104.2 MSTri FM Jakarta.

Lika-Liku Peran Dokter di Tengah Pandemi

Prevalensi Penyakit Kusta di Indonesia

Menurut dr. Udeng Daman, Technical Advisor NLR Indonesia, menyatakan berdasarkan data Kemenkes terdapat 110 Kabupaten/Kota di 21 Provinsi sebagai wilayah endemis kusta, yang artinya belum mencapai status tereliminasi kusta. Beberapa diantaranya adalah Kabupaten/Kota yang tersebar di wilayah Malaku, Maluku Utara, Sulawesi Utara, Papua dan Papua Barat. Ada lebih dari 1/10.000 penduduk yang mengidap penyakit kusta.

Faktor yang menjadi penyebab belum tereliminasinya endemis kusta antara lain pengaruh lingkungan sosial-ekonomi, lingkungan kesehatan, sanitasi, perilaku hidup bersih dan kepadatan penduduk. Ternyata, penyakit kusta adalah penyakit menular yang sangat tidak menular, namun kepadatan penduduk dan kebersihan lingkungan menjadi faktor yang sangat mendominasi potensi penularan kusta di tengah masyarakat.

Indonesia Bebas Kusta

Yayasan NLR Indonesia merupakan yayasan nasional dan anggota aliansi NLR yang telah beroperasi di 20 provinsi di Indonesia sejak 2018 untuk mencapai pemberantasan kusta yang telah dilakukan NLR sejak 1975 yang berawal dari Belanda. NLR Indonesia memiliki target dan tujuan untuk menjadikan Indonesia bebas kusta dengan visi berikut:
  1. Zero Transmission (menghentikan transmisi)
  2. Zero Disability (mencegah terjadinya kecacatan)
  3. Zero Exclusion (menurunkan stigma)
Untuk mencapai visi tersebut, kapasitas petugas fasilitas kesehatan terutama di daerah-daerah terpencil menjadi ujung tombak untuk mempercepat pelayanan baik berupa pemberian surat rujukan atau tindakan darurat yang harus dilakukan jika terjadi hal-hal mendesak dari pasien kusta yang harus ditangani segera.

Fyi, penyakit kusta bisa disembuhkan dengan meminum obat kombinasi lepra berkisar selama 6-9 bulan untuk kusta kering dan kurang lebih 12-18 bulan untuk kusta basah. Penyakit kusta yang terlambat diobati bisa menyebabkan disablitas mata, tangan dan kaki. Bagi pasien kusta yang telah mengalami disabilitas harus melakukan  perawatan diri bagian disabilitas dengan prinsip 3M Memeriksa, Merawat dan Melindungi. Jangan lupa lakukan pemeriksaan dini jika mendapati tanda kusta yha! Supaya lebih cepat disembuhkan dan mencegah terjadinya kecacatan guys!

Selain, pasien kusta yang secara langsung mendatangi pusat-pusat kesehatan, tim tenaga kesehatan mulai dari Puskesmas pun harus secara aktif melakukan pelacakan pasien-pasien kusta terlebih jika suatu wilayah tercatat sebagai wilayah endemis dan seyogyanya menjadi daerah surveilence. Hal tersebut tentu dapat menopang upaya penghentian transmisi dan pencegahan terjadinya kecacatan bagi pasien-pasien pengidap kusta.

Pemerataan tenaga dokter dan kesehatan di daerah-daerah terpencil menjadi salah satu PR besar bagi pemerataan fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Penyiapan fasilitas-fasilitas yang memadai dan jaminan keamanan bagi para tenaga dokter dan kesehatan di wilayah-wilayah terpencil tentu harus menjadi perhatian pemerintah. Sedangkan, kita sebagai masyarakat sipil bisa menyebarluaskan informasi terkait isu-isu kesehatan dan menghapuskan stigma para pengidap kusta sebagai kontribusi kita untuk meningkatan kesadaran kesehatan di Indonesia dan kesamaan hak para pasien kusta yha!


26 comments

  1. Di sini sekarang aman mbak, dulu ada satu dua.memang harus support terus ya tenaga medis untuk mengatasinya. Secara masih pandemi, harus ekstra dan tentunya butuh kerjasama dari banyak pihak

    ReplyDelete
  2. Jadi lebih paham ada kusta kering n kusta basah, keduanya sama2 bisa sembuh dengan treatment n kedisiplinan mengikuti anjuran dokter y mbak wulan, seneng ada info menarik seperti ini

    ReplyDelete
  3. Fakta paling mengerikan adalah saat jumlah tenaga medis sangat terbatas, sementara jumlah pasien Covid terus saja bertambah. Apalagi ditambah lagi tenaga medis yang banyak gugur saat bertugas di lapangan. Di balik "booming"-nya pandemi coronce, ternyata ada lagi kondisi yang memperihatinkan ya, Indonesia ternyata masih belum bebas dari kusta. Semoga saja penderita penyakit lepra/kusta di tanah air semakin berkurang, seiring penanganan yang gencar dilakukan oleh berbagai pihak. Terima kasih atas tulisannya yang super keren Mba Wulandari.

    ReplyDelete
  4. padahal dokter adalah cita2 hampir sebagian besar anak2 saat masih kecil. Mungkin kalo biaya nya gak besar mungkin banyak yang mau jadi sekolah dokter ya.. karena banyak yg pintar tp akhirnya ga bisa kuliah dokter gara2 biaya.. siapa tahu jumlah dokter akan bertambah. Kasihan juga yang di pelosok yg butuh dokter khususnya masyarakat pelosok yang terkena penyakit kusta

    ReplyDelete
  5. Zaman Dulu kusta pernah jadi Pandemi, mangkanya patut ditanggulangi supaya gak ada yang kena lagi. Salut dengan relawan kusta dan tenaga kesehatan yang mau dan peduli dengan pasien kusta

    ReplyDelete
  6. Saat pandemi seperti ini, dokter makin besar perannya ya
    apalagi untuk mengobati para Penderita kusta

    ReplyDelete
  7. Rasio dokter dan pasien di Indonesia memang menjadi suatu masalah yang tidak selesai-selesai sampai sekarang. Termasuk pemerataan jumlah tenaga kesehatan di daerah. Semoga ke depannya perhatian terhadap nakes lebih baik lagi ya.

    ReplyDelete
  8. Paham banget gimana lika-liku penyakit ini.

    Entah tenaga medisnya, paisennya, keluarganya. Semua kesulitan menangani karena stigma yang beredar di masyarakat udah salah kaprah

    ReplyDelete
  9. Faktanya stigma negatif pada penderita kusta memang masih sangat mendarah daging, terlebih pada masyarakat awam. Hal ini membuat mereka enggan untuk mengonfirmasi jika ada indikasi terkena penyakit tersebut. Kekhawatiran akan kutukan dari dosa masih sangat besar.

    ReplyDelete
  10. Aku miris bangett sih kalau ada dokter masih dijelek2in huuhu, trus dia kalo sakit mau kemana yaahh. Pahitnya jadi dokter apalagi yg bersinggungan langsung sama penderita kusta gini perlu banget jadi edukasi untuk tiap orang ya

    ReplyDelete
  11. Duh, rasio dokter masih sangat rendah banget yah.
    Penderita kusta banyak bersembunyi karena stigma negatif yang sudah muncul. Semoga dengam edukasi terus menerus akan mengurangi jumlah penderita kusta

    ReplyDelete
  12. Iya benar ini kak kalau penyakit kusta yang terlambat diobati bisa menyebabkan disablitas mata, tangan dan kaki. Butuh peran masyarakat untuk sama-sama memberantas Kusta.

    ReplyDelete
  13. Memang luar biasa peran dokter masa pandemi begini. Jadi pengen ngarahin anak jadi dokter sejak dini😁

    ReplyDelete
  14. What, 4 dokter untuk 10.000 penduduk?Padahal kayaknya banyak juga lulusan fakultas kedokteran. Ternyata jumlahnya masih jauh dari yang dibutuhkan. Pantas saja untuk kota-kota kecil akses kesehatan juga tidak mudah krn tenaga terbatas. Terlebih bagi pengidap kusta yang terlanjut mendapat stigma, tentunya makin berat untuk mendapatkan akses kesehatan. Ini PR banget buat kita semua. Setidaknya sebagai masyarakat awam kita dapat membantu dengan menghaspus stigma pada penderita kusta sehingga mereka tidak merasa malu atau enggan untuk memeriksakan diri. Begitu pun bagi nakes atau keluarga yang merawat agar lebih tenang.

    ReplyDelete
  15. saya pernah baca memang kita kekurangan dokter di Indoensia ini, makanya saya salut cukup bertahan negara kita dalam kondisi begini, semoga semuanya kembali membaik dan penyakit kusta ini juga bsia seger menghilang

    ReplyDelete
  16. Harusnya makin canggih teknologi masyarakat jadi makin melek ya mba, soal penyakit kusta ini kenapa harus tersebar stigma tersebut. harus sering diedukasi nih masyarakat moga pemerintah gencarkannya

    ReplyDelete
  17. Semoga target zero transmission, zero disability, dan zero exclusionnya tercapai ya..Indonesia bebas kusta pasti bisa..

    ReplyDelete
  18. sangat disayangkan indonesia masih kekurangan dokter, padahal dokter sangat dibutuhkan secara Standar WHO untuk kebutuhan dokter adalah 1 per 1.000 penduduk. Salut sama Yayasan NLR Indonesia mempunyai program 3 Zero semoga tahun 2024 indonesia terbebas dari kusta

    ReplyDelete
  19. Kalau tenaga medisnya kurang bisa mengkhawatirkan juga ya, semoga sih semua bisa berjalan lancar, meski di masa pandemi gini semoga dapat menekan angka pertambahan penderita kusta. Seru dan menarik juga pembahasannya

    ReplyDelete
  20. Masih banyak masyarakat yg punya pandangan negatif tentang kusta. Kalau penderita ragu periksa karena takut dihujat bagaimana bisa tertangani? Semoga masyarakat dapat edukasi dan bimbingan tentang kusta

    ReplyDelete
  21. Sedih deh beneran, dokter2 banyak yg ikut meninggal ketika angka penderita covid lagi tinggi. Lama dan biaya pendidikan dokter yg mahal bikin org2 mikir utk nyekolahin anaknya jadi dokter hehe

    ReplyDelete
  22. Semoga banyak bermunculan tenaga medis ya di sini, sambil itu juga kita dapat mendukung untuk jaga kesehatan dan edukasi kesehatan terutama kusta agar stigma negatifnya tak lagi bergentayangan

    ReplyDelete
  23. Salut banget sama dokter yang tetap usaha dan berjuang memberi pelayanan maksimal selama pandemi ini. Semoga keadaan segera kembali normal dan kondusif ya biar target Indonesia Bebas Kusta juga segera tercapai

    ReplyDelete
  24. Sedih juga mendengar jumlah dokter yang semakin berkurang, semoga kita semua senantiasa diberi kesehatan dan yang sakit kusta juga mendapat pertolongan

    ReplyDelete
  25. Bebas kusta inilah yang menjadi Indonesia . Semoga ini bisa terwujud suatu saat nanti

    ReplyDelete
  26. Semoga yg sakit bisa segera sembuh ya, terutama penyakit kusta ini nih, jangan sampai dikucilkan

    ReplyDelete

your comment awaiting moderation