Rumah, Aku Rindu!

Rumah,

AKU RINDU!

Draft ini ku tulis 18 September 2015 silam, sudah lama sekali ya.
Sesungguhnya, rumah di sini bukanlah rumah bangunan di mana kita tinggal, tetapi sosok orang tempat ku dersandar dan bercerita kala itu.

Aku masih ingat betul hingga saat ini, 27 Agustus 2020, lima tahun kemudian, kita duduk-duduk di depan pelataran Gelora Bung Karno, sembari menyantap makan malam kita. Yang ku ingat kamu menjemput ku usai lari di GBK. Dan kita bercerita tentang apa pun, hingga akhirnya berujung pada obrolan, bagi ku pasangan itu bagaikan rumah, dimana kita kembali dan merasa nyaman, tempat dimana kita merasa aman dan berlindung. Rumah itu, ketika aku bersama kamu.

Entah, sejak saat itu, aku merasa sepenuhnya menyukai mu, ya, mungkin hanya aku yang menyukai mu secara sepihak? Atau suka ku kepadamu yang terlampau besar hingga menutupi bagian kecil perasaan mu pada ku?

Bisa dibbling titik Saat itu, permulaanku menjadi seorang "bucin" padamu. Berulang kali "break" dan kembali lagi, hingga akhirnya kau sungguh-sungguh berpaling dengan perempuan lain di penghujung 2018.

Aku masih ingat rasanya ketika di akhir 2017, I was on my lowest position of my life till depressed and think should I suicide? But you warm me, keep me, guard me, and I can lean on you. Hubungan yang semakin menyenangkan, hingga kau bertanya "Kalau nikah sama aku mau ga,?" Sure, I will. Tapi ternyata, Kamu memang belum memantapkan perasaanmu pada ku ya. 

Kamu terasa semakin berubpah di akhir-akhir 2018, terasa semakin abai, terlalu banyak yang disembunyikan, hingga ku dapati kau sudah mendekat ke perempuan lain. Suasana carut marut perasaanku di Desember 2018 masih membekas! Aku sedang bertugas di Kota Tinutuan, Manado, menghadapi angin pasang dan gempa setiap harinya, dan kau bahkan tidak menanyakan kabarku. Kau bahkan asyik bersenda gurau-sing along with your new girl! It's so suck dude. 

Sekembalinya aku ke Jakarta, pun akhirnya kita bertemu, kau tidak bisa menjawab apa pun! Kau hanya memasang muka memelas bahkan kau masih gamang dengan perasaanmu? Kau tidak bisa memilih? Oh come on dude! 19 Januari 2019, kita bersepakat berpisah, hingga trilogi perpisahan lainnya!

Pun, hingga saat ini, meskipun kita sudah tidak lagi bersama, aku masih memegang prinsip itu, pasangan itu ibarat rumah, tempat dimana kita kembali dari perjalanan dan lalu lalang kehidupan.

Kenapa aku menuliskan cerita ini? Aku hanya ingin menyalurkan emosi ku dan menjadikan tulisan ini sebagai media self healing. Karena memang belakangan aku merasa, aku harus berdamai dengan diriku, dengan perasaanku dan merelakan "kebucinanku" hingga akhirnya aku bisa mengosongkan perasaan dan memori ku tentangnya, hingga akhirnya aku siap untuk sepenuhnya mengisi perasaanku dengan rumah yang baru.

2 comments

  1. Setuju sama semuanya. Saya pun menulis, sering kali buat self healing.

    ReplyDelete
  2. Awwww.... boleh peluk virtual nggak? pas juga lagi pandemi disuruh jaga jarak :D

    Semangaaatt, menulis untuk self healing, agar sampah perasaan bisa keluar, dan siap diisi dengan isi yang lebih baik dan bisa menjadi rumah terbaik ya :*

    ReplyDelete

your comment awaiting moderation