5 Prinsip Dasar Financial Planning

Memang tidak ada habisnya ya berbicara soal financial planning. Setelah beberapa tahun rajin membuat dan mencatat anggaran belanja ternyata tidak cukup! Ada empat prinsip dasar financial planning, dan dua hal yang turut menggangu financial planning yang belum sepenuhnya aku lakukan. Berikut sharing tips yang kudapatkan dari Mba Annisa Steviani, Certified Financial Planner.

5 Prinsip Dasar Financial Planning
5 Prinsip Dasar Financial Planning

5 Prinsip Dasar Financial Planning

1. Pencatatan Anggaran

Mencatat, baik pemasukan, pengeluaran, dan daftar kebutuhan merupakan hal mendasar dalam membuat dan menjalankan financial planning. Pada tahap-tahap awal, kita perlu menghitung berapa total pendapatan baik secara individu ketika masih single, atau pun total pendapatan bersama pasangan ketika sudah berumah tangga.

Kemudian hitung daftar kebutuhan (needs) prioritas, sesuaikan dengan total pendapatan yang dimiliki. Ketika kita sudah mengatur pos-pos pengeluaran untuk kebutuhan di awal bulan, pencatatan pengeluaran harian menjadi hal yang sangat penting untuk menghitung anggaran belana bulanan sesuai pos-pos yang ditentutukan, mulai dari bahan makanan pokok, transportasi, komunikasi, kebersihan, kesehatan, tagihan dan cicilan jika ada.

Mencatat pengeluaran secara terperinci terasa merepotkan dan menyebalkan ya? Seremeh temeh membayar parkir, atau membeli air mineral di jalan pun harus kita catat. Karena dari pencatatan ini lah kita bisa mengevaluasi arus pengeluaran uang atau pendapatan kita. Apakah terlalu boros untuk hal-hal yang tidak penting? Atau lebih banyak uang dibelanjakan untuk barang-barang yang tidak kita butuhkan atau terlalu pricey.

Aku biasanya membuat sheet anggaran belanja bulanan, dan sudah mengelompokkan daftar pengeluaran mulai dari tabungan, kebutuhan rumah (cicilan KPR, kebersihan, listrik dan air), transportasi (cicilan mobil, bensin mobil, bensin motor, tol dan parkir, ongkos commuter line dan ojek online), groceries beserta air minum isi ulang dan gas LPG, komunikasi dan entertainment (Netflix, Spotify, YouTube), serta pos untuk orang tua.

Jika repot mencatat hal-hal yang sering kita belanjakan sehari-hari, ada beberapa layanan apps financial tracker yang bisa kita unduh untuk membantu pencatatan keuangan. Atau membuat grup khusus untuk mencatat pengeluaran yang kita lakukan sewaktu-waktu, dan merekapnya di akhir pekan dalam sheet yang sudah kita buat. Biasanya aku melakukan cara yang kedua. Karena, sheet anggaran belanja lebih mudah di-custom sesuai kebutuhan masing-masing ya.

2. Siapkan Dana Darurat

Menurut Mba Annisa, hal kedua yang penting untuk dilakukan setelah melakukan pencatatan dan perhitungan keuangan adalah menyiapkan dana darurat, bukan investasi. Dana darurat, merupakan dana cair yang bisa kita gunakan sewaktu-waktu karena suatu hal yang urgent, mendesak atau memang tidak masuk dalam anggaran belanja. Misalnya saja, kebutuhan untuk memberi hadiah ketika ada teman atau saudara menikah, atau ketika sudah memiliki anak dan kita mendapatkan banyak undangan ulang tahun teman-teman anak kita. Dana darurat juga menjadi save money, ketika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Sebut saja, pandemi Covid-19 kemarin memberi kita sebuah tantangan tersendiri dari segi keuangan ya, pendapatan berkurang bahkan ada banyak orang kehilangan pekerjaan, kebutuhan bertambah untuk alat-alat dan pemeriksaan Covid-19 dan lain sebagainya. Itulah mengapa dana darurat menjadi prioritas dana kedua dalam financial planning.

3. Siapkan Asuransi

Asuransi, momok keuangan yang paling sering dihindari oleh banyak orang, menurut Mba Annisa karena sebagian banyak orang tidak mendapatkan literasi keuangan dan perlindungan yang baik dan benar. Mindset bahwa asuransi adalah investasi juga salah. Asuransi adalah perlindungan risiko baik kesehatan maupun jiwa, serta perlindungan risiko hancurnya anggaran belanja di masa depan ketika risiko-risiko tersebut muncul. Ketika terjadi risiko kesehatan, kita tidak perlu merogoh kocek 100% untuk biaya perawatan dan tindakan rumah sakit, ketika terjadi kematian, akan ada uang pertanggungan jiwa yang bisa digunakan untuk mengurus keperluan pemakanan atau upacara kematian, dan sedikit bekal untuk keluarga yang ditinggalkan.

Asuransi tidak sama dengan investasi, karena kita tidak bisa menuntut uang premi asuransi kita kembali manakala kita tidak menggunakan fasilitas asuransi. Menurut Mba Annisa, "anggap saja uang asuransi adalah uang hilang."

4. Pilih Investasi yang Menyenangkan & Menenangkan

Dalam berinvestasi, kita harus memikirkan jangka panjang dan sesuai dengan apa yang kita suka dan membuat kita nyaman. Jika kita lebih suka dan nyaman dengan investasi minim risiko, yang pilihlah tabungan deposito, logam mulia atau reksadana pasar uang. Jika kita memang seorang yang agresif dan siap mental melihat pergerakan saham yang naik turun, grafik hijau dan merah bergantian setiap saat, kita bisa memilih investasi saham.

Saat ini aku memilih tools investasi reksa dana pasar uang (RDPU) di aplikasi bibit. Jenis RDPU yang kupilih adalah Sucorinvest Sharia Money Market, dengan return +3.66% per tahun dan expense ratio 0.95%, beberapa tahun memilih instrumen ini dan tidak pernah mengalami kerugian, slow but sure we got additional money. Salah satu bentun investasi yang aman dan nyaman, tidak mengganggu pikiran dan emosi dengan gain and loss hehe.

Kita bisa memulai berinvestasi di Bibit dengan modal mulai dari Rp. 10.000,- saja. Jika tertarik mencoba bisa menggunakan kode referral hallowulandari untuk mendapatkan cashback Rp 25.000,- dengan investasi minimal Rp. 100.000,- Satu langkah mudah untuk mulai berinvestasi bukan?

5. Disiplin, Konsisten dan Komitmen

Hal-hal ini memang kunci dari segala hal ya, termasuk pengaturan keuangan atau financial planning. Percuma membuat perencanaan yang woow dan keren, jika tidak dilakukan secara disiplin, konsisten dan komitmen. Untuk menjalankan financial planning hingga ke posisi settle hingga mencapai financial freedom tentu perlu waktu. Bahkan Mba Annisa pun membutuhkan waktu hingga 6 tahun untuk mencapai posisi tersebut setelah menikah dan mengatur keuangan rumah tangganya.

Hal-hal yang Mengganggu Financial Planning

1. Komunikasi

Komunikasi terbuka tentang kondisi keuangan menjadi hal yang penting untuk menjaga kesehatan keuangan kita. Baik komunikasi terhadap pasangan, anak atau pun orang tua. Sudah menjadi hal yang wajar dan lumrah bagi orang-orang Indonesia, untuk turut membantu memenuhi kebutuhan orang tua, atau banyak orang melabelinya sebagai generasi sandwich. Namun, perlu kita pilah-pilah juga antara kebutuhan dan keinginan orang tua, serta keterbukaan kondisi keuangan kita dengan orang tua. Kapan bisa membantu atau tidak bisa membantu. Memenuhi kebutuhan orang tua adalah kewajiban, tapi memberikan hal-hal yang diinginkan orang tua, itu adalah kebaikan, sanggup atau tidak untuk kita lakukan.

2. Pengendalian Emosi

Pengendalian emosi, tidak hanya sekadar menjaga rasa emosi, marah atau pun sedih ya, tapi juga mengendalikan impulsive buying, mengikuti trend, YOLO, healing dan hal-hal lainnya yang memang berlebihan. Mengalokasikan jajan dan liburan itu boleh, tapi jangan termakan tren ya. 

Yuk mulai financial planning untuk mencapai tujuan keuangan, financial freedom dan hidup seimbang untuk hari ini dan hari tua. Mulai dari sekarang!

16 comments

  1. Yang terberat soal financial planning menurut saya adalah poin yang terakhir sih, pengendalian emosi. Selain YOLO yang sering jadi penyebab gagalnya finansial planning adalah hal bisa ngendaliin hasrat ingin jajan dan gatal checkhout marketplace. Gimana cara nahannya yaaa?

    ReplyDelete
  2. Dari 5 prinsip dasar finansial planing, yang belum saya lakukan adalah menyiapkan asuransi. Untuk hal yang satu ini masih dalam proses komunikasi dan diskusi dengan istri agar rencananya lebih matang

    ReplyDelete
  3. Saya pun sangat antusias menyimak sharing dari Mbak Nisa ini, Mbak. Dan ternyata memang poin pertama harus mencatat pemasukan dan pengeluaran dulu. Sekecil apapun mengeluaran catat, jadi nanti bisa evaluasi, mana pengeluaran yang seharusnya tidak perlu atau bisa ditunda dulu.

    ReplyDelete
  4. Dana darurat ini yang sering diabaikan, dianggap investasi cukup buat tabungan, padahal kalau sewaktu-waktu terjadi sesuatu investasi kebanyakan rada susah dicairkan.

    ReplyDelete
  5. Bagian nomor 5 itu adalah koentji nya sih bisa dikatakan, karena disiplin dan konsisten menerapkan memang gak mudah. Tapi bukan berarti kan gak bisa dilakukan, ya gak?

    ReplyDelete
  6. Keuangan memang harus dikelola dengan baik, apalagi klo ketemu gaya hidup yang ga bener. Harus banyakin invetasi dan rencana lain untuk saving money.

    ReplyDelete
  7. Huhuhu, kalau tiba tiba ada kejadian tak terduga yang menghabiskan tabungan gimana ya. Finansial planningnya jadi amburadul. Aku ngalamin soalnya dan bingung gimana ngatur keuangan sekarang. Hiks

    ReplyDelete
  8. Bener. Aku paling malas sebenarnya mencatat pengeluaran. Kadang lupa habis beli apa gitu.

    Terus urusan emosi ini. Soal jajan ini kadang aku yang nggak ngerem. Kayak blong aja gitu remnya kalau sudah menyangkut cemilan. Hehehe

    ReplyDelete
  9. Diantara 5 prinsip dasar yang disebut diatas, saya belum bisa alokasikan untuk asuransi. Memang sih itu sama pentingnya dg yg lainnya tapi karena ada beberapa pengalamn dari kerabat mengenai pencarian asuransi yg susah jadi ikut terpengaruh juga

    ReplyDelete
  10. Kadang yang orang sering lupa adalah menyiapkan dana darurat ya mbak
    Padahal ini juga penting banget

    ReplyDelete
  11. Ngomongin soal financial planning, jujur aku tuh belum bisa konsisten. Ya konsisten dlm mencatat anggaran ataupun konsisten investasi. Jadi yaa, sering ada kebocoran dana. Huhuhu

    ReplyDelete
  12. Harus punya strategi finansial agar merdeka di hari tua. Asuransi dapat menjawab semua hal

    ReplyDelete
  13. sampai sekarang aku masih terus belajar untuk konsisten menabung. Dulu rutin, tapi terkadang suka diambil juga uang simpanannya hahaha
    terus belajar lagi untuk coba nahan sesuatu yang kurang penting dan menyiapkan dana darurat juga. Kuncinya adalah konsisten, ini mungkin buat beberapa orang agak susah ya

    Dulu waktu kuliah sering baca majalah dan ada rubrik keuangan juga, jadi penasaran sama reksadana. Untungnya pas udah kerja, jadi bisa investasi sendiri juga di reksadana ini

    ReplyDelete
  14. wah akupun saat ini sedang belajar buat investasi mbak..alhamdulillah suami udah pakai bibit

    ReplyDelete
  15. Kondisi keuangan masing-masing personal dan keluarga tentu berbeda-beda ya.. Sehingga financial planning pun tidak bisa sama dan butuh sekali kejelian ketika melihat peluang investasi yang sesuai dengan kondisi keuangan masing-masing.

    ReplyDelete
  16. ah bener banget dengan impulsive buying ini saya rasakan memang merusak keuangan kita mba, saya bener-bener rasain ini, banyak barang yang dibeli padahal ga butuh, dna itu butuh pengendalian emosi tingkat tinggi untuk stop

    ReplyDelete

your comment awaiting moderation